Wednesday, 24 October 2012

Kekerasan Perempuan Terhadap Lelaki, Adakah?

Kekerasan Perempuan Terhadap Lelaki, Adakah?

Kekerasan, baik secara fisik ataupun non-fisik terhadap perempuan adalah wacana yang terus menjadi perbincangan hangat di setiap lini kehidupan kita. Sungguh mulia, hak-hak perempuan di dalam segala lini kehidupan terus diperjuangkan hingga hal-hal yang beraroma bias gender segera dilenyapkan. Bahkan perjuangan itu kini tidak hanya dilakukan oleh kaum perempuan, tetapi kaum lelaki pun tidak ingin tinggal diam dengan segala kesadaran serta fakta dari realitas yang dahulunya terbungkus kini telah tersibak tabir betapa kaum perempuan ternyata telah terbelenggu dari segi sosial, ekonomi, politik, budaya, bahkan agama. Fakta itu telah berhasil menggugah kesadaran kaum lelaki bahwa perempuan harus dihormati, atau setidaknya diakui keberadaannya, fungsi serta perannya di setiap lini kehidupan selain tanggung jawab domestik. Lantas telah merdekakah kaum perempuan saat ini?

Fakta serta realita di lapanganlah yang akan segera menjawab pertanyaan tersebut. Sejauh ini, peran perempuan, terutama di ruang-ruang publik telah mengalami peningkatan yang dapat daikatakan cukup drastis. Tidak ada lagi sekat yang dapat dijadikan alasan untuk menghalangi mereka menyalurkan kemampuan, bakat, serta potensi yang mereka miliki demi cita-cita bersama, yakni perubahan sosial. Meskipun pada kenyataannya, masih ada riak-riak kecil yang berbau bias gender dalam praktek keseharian, namun lambat laun tapi pasti hal semacam itu akan segera terhapuskan seiring dengan kesadaran masing-masing individu, perempuan maupun laki-laki akan hak dirinya sebagai makhluk sosial. Yang terpenting ialah kaum lelaki mulai sadar betapa perempuan sudah seharusnya mereka hargai, bahkan kalau perlu berdiri sejajar dengan mereka. Mengapa demikian? Sebab perempuan lebih banyak menjadi korban oleh kaum lelaki, yakni korban kekerasan dan pelecehan. Perempuan jadi sasaran empuk dari keberingasan lelaki, karena kaum Hawa ini dianggap orang yang lemah. Permpuan juga kerap kali jadi objek pelecehan seksual yang belakangan justru marak terjadi, hingga korbanhuman trafficking. 

Itulah fakta serta realita yang tak terbantahkan. Bahkan kini, hampir setiap orang memperjuangkannya dengan wacana pengarusutamaan gender yang berdengung di mana-mana. Di sini, penulis justru ingin melemparkan wacana yang berbalik arah. Jika perempuan selama ini adalah korban dari kekerasan serta pelecehan kaum lelaki, maka pertanyaan penulis, pernahkah perempuan melakukan kekerasan terhadap lelaki?

Pertanyaan ini bermula dari istilah yang agak menggelitik, yakni suami-suami takut istri (bukan judul drama) atau berada di bawah ketiak istri. Benarkah ada lelaki yang takut dengan istri? Mungkin sebagian orang menjawab benar, tapi ada pula sebagian lain juga menjawab tidak benar.

Penulis berbicara dalam konteks rumah tangga. Fenomena suami yang takut kepada istri bukan hanya sebuah banyolan belaka. Sebab, fakta ini, setidaknya bagi penulis, pernah ditemukan di tengah-tengah masyarakat, meskipun tidak banyak secara kuantitas, karena hanya segelintir orang. Celakanya, orang yang melihat fakta semacam itu justru menganggapnya sebagai sebuah aib. Terlebih bagi kaum lelaki, karena pada prinsipnya, suami adalah pemimpin sebuah keluarga, yang bearti dialah penentu arah biduk rumah tangganya.

Terepas dari itu, sebagian orang yang menganggap benar bahwa ada sosok suami yang memang takut dengan istri mengganggap bahwa sang suami lebih banyak menyerahkan segala macam urusan kepada sang istri, sedangkan suami harus mengikuti apa yang istri katakan. Dan faktanya, memang ada tipe suami yang seperti itu. Namun, jika kita telisik lebih jauh, pada dasarnya, seorang suami yang terlihat takut dengan istri bukanlah dia takut dalam arti yang sesungguhnya. Artinya, perilaku serta ucapan suami yang bernada ketakutan dengan istri hanyalah sebuah ungkapan rasa kasih cinta yang suami berikan kepada sang istri. Seorang suami yang penyayang maka ia akan melakukan apa saja demi kebahagiaan istri. Inilah alasan bagi sebagian orang yang menjawab tidak benar bahwa ada sosok seorang suami yang takut kepada istri.

Setiap orang memiliki caranya tersendiri untuk mengungkapkan rasa kasih sayang kepada seseorang. Terlebih kasih sayang seorang suami kepada istrinya. Jadi, dalam kasus ini, tidak ada praktek kekerasan perempuan terhadap lelaki. Definisi kekerasan adalah serangan atau invasi terhadap fisik maupun integritas mental psikologis seseorang. Terkecuali jika pihak lelaki (suami) merasa atau mengaku bahwa dirinya terganggu oleh perilaku seorang istri yang mungkin berlaku lebih condong ingin mengatur suami. Sebab, pada dasarnya, kekerasan terhadap sesama manusia dapat berasal dari berbagai sumber serta motif tertentu.
Disqus Comments