Perseteruan ketua KPK Abraham Samad dan calon Kapolri Budi Gunawan telah mengusik perhatian publik negeri. Di media, ramai diperbincangkan tentang sosok Budi Gunawan yang dijegal KPK setelah diajukan presiden sebagai calon tunggal Kapolri. Tak sedikit kalangan yang ramai-ramai memberikan analisa dan komentar mengenai kasus yang cukup menghebohkan publik tersebut. Samad pun dinilai sebagai sosok hero di balik penetapan BG sebagai tersangka dalam kasus rekening gendut. Sementara dari pihak BG, Samad dinilai telah melakukan tindakan yang beraroma politis terkait penetapan BG sebagai tersangka. Lantas perseteruan dalam hal apa sesungguhnya yang terjadi di antara Samad dan BG?
Samad tiba-tiba populer dan menjadi bahan perbincangan hangat. Sementara BG sibuk membela diri dengan berbagai pengakuan yang dilontarkan ke hadapan media untuk mengklarifikasi tuduhan yang dialamatkan kepada dirinya. Samad menilai, BG adalah sosok yang tak bersih dan bermasalah sehingga tidak patut dicalonkan sebagai Kapolri. Sementara BG menuding Samad dan KPK telah melakukan upaya pembunuhan karakter terhadap dirinya.
Keduanya kini sedang sibuk mengumpulkan sejumlah fakta dan argumentasi untuk melakukan pembenaran serta pembelaan diri. Samad menyatakan siap membeberkan kasus yang membelit BG, sedangkan BG juga menyatakan siap membuktikan dirinya tak bersalah.
Publik negeri resam dan geram. BG mungkin menjadi pihak yang dianggap bersalah di mata publik, sementara Samad dan KPK dinilai benar. Karuan saja, KPK merupakan sebuah lembaga negara yang mempunyai dukungan kuat dari publik karena dianggap sebagai lembaga yang bisa menyelamatkan aset dan kekayaan negara dari praktek haram korupsi oleh kalangan elit.
Di sisi lain, penetapan tersangka kepada BG bisa saja berbau politis. Pasalnya, waktu penetapan itu dapat dikatakan tidak tepat, yakni ketika BG dicalonkan sebagai Kapolri. Kalau pun sebelumnya KPK pernah memberikan tinta merah kepada BG saat proses pemilihan calon menteri oleh Jokowi, lantas mengapa di saat bersamaan KPK tidak mencekal BG? Sebelumnya, BG digadang-gadang akan ditunjuk sebagai salah satu menteri di kabinet kerja Jokowi-JK, tetapi batal karena KPK dan PPATK memberikan tanda merah.
Dengan kata lain, kalau pun memang BG dianggap sosok bermasalah seharusnya KPK melakukan pencekalan sejak awal sehingga publik dapat memberikan penilaian. Tetapi sialnya, KPK justru mencekal BG pada saat dirinya akan dijadikan sebagai Kapolri. Dari sini, tanpa bermaksud membela, dapat disimpulkan bahwa KPK telah melakukan penjegalan secara sengaja terhadap BG. Jika memang benar ada unsur kesengajaan, maka KPK secara tidak langsung telah mempertaruhkan citra dirinya sebagai lembaga yang kredibel dan profesional dalam memberantas tindak pidana korupsi. Lebih-lebih apabila ada unsur politis di balik pencekalan BG.
Dendam Pribadi
Selain adanya indikasi politis di tubuh KPK, khususnya Samad dalam kasus penetapan tersangka kepada BG, indikasi lain ialah unsur masalah pribadi. Masalah pribadi yang dibawa ke dalam sebuah institusi atau lembaga negara. Ini persoalan krusial. Masalah pribadi tidak sepatutnya dibawa-bawa ke dalam sebuah lembaga. Rumor yang berkembang, ada persoalan pribadi yang belum selesai antara Samad dan BG. Hal itu terkait dengan tuduhan BG telah melakukan penjegalan terhadap ketua KPK itu ketika dirinya ingin menjadi cawapres. Toh, faktanya Samad memang gagal menjadi cawapres dalam perhelatan Pilpres 2014 silam. Padahal, awalnya Samad sempat digadang-gadang masuk dalam bursa cawapres menemani Jokowi karena sosok Samad yang dikatakan mempunyai elektabilitas cukup tinggi di mata publik.
Samad memang sempat populer sejak beberapa tahun belakangan, terutama setelah dirinya menjadi ketua KPK. Dia dianggap pantas mendampingi Jokowi karena ketegasan dan keberaniannya, bahkan sebagian kalangan menyebut-nyebut Samad adalah salah satu sosok generasi terbaik sehingga pantas menjadi seorang wakil presiden.
Namun demikian, faktanya Samad gagal menjadi cawapres, alih-alih terpilih sebagai wakil presiden karena kalah bersaing dengan sosok Jusuf Kalla yang akhirnya dipilih Jokowi. Rumor yang berhembus, kegagalan Samad mendampingi Jokowi pada Pilpres lalu karena ulah BG yang dianggap telah menjegal dirinya dari bursa cawapres. Peristiwa itu lantas melahirkan dendam pribadi. Dan dendam pribadi itu tampak telah dibawa Samad ke dalam institusi atau lembaga negara bernama KPK.
Di sudut lain, rumor yang berhembus Samad lebih menjagokan Sutarman untuk menjabat sebagai Kapolri. Demi suksesi Sutarman, Samad lantas menggunakan wewenangnya sebagai ketua KPK berusaha menjegal BG.
Namun begitu, apapun rumor yang berhembus di antara Samad dan BG, faktanya bahwa unsur politis dalam menetapkan seseorang sebagai tersangka tindak pidana KKN tampak telah lebih dominan ketimbang sikap profesionalisme. Kini, BG telah menjadi semacam tranding topic di berbagai media pasca ditetapkan sebagai tersangka. Presiden, Polri hingga DPR pun mulai ribut dan melakukan berbagai manuver politik untuk membela dan menyangsikan pencalonan BG sebagai Kapolri.
Serangan Balik kepada Samad
Tidak dipungkiri, sebagian pihak melakukan pembelaan mati-matian kepada BG. Di pihak lain, dukungan kepada Samad terus mengalir dan menilai ketua KPK itu melakukan tindakan benar sesuai dengan wewenangnya.
Akan tetapi, pihak yang membela BG pun mulai melakukan serangan balik kepada Samad. Ada semacam unsur tidak terima dari pihak BG karena Samad dinilai telah melakukan pembunuhan karakter. Bahkan, Samad dituding tidak menggunakan asa praduga tak bersalah dalam penetapan tersangka kepada BG. Toh, faktanya Samad menetapkan BG sebagai tersangka secara tiba-tiba setelah BG dijadikan calon tunggal Kapolri.
Serangan balik kepada Samad pun dimulai. Media dan publik geger setelah di berbagai media sosial muncul photo Samad yang sedang bermesraan dengan seorang perempuan. Perempuan itu tak lain dan tak bukan adalah putri Indonesia 2014, Elvira Devinamira. Photo mesra Samad dan Elvira itu serentak menjadi ramai diperbincangkan.
Tak ubahnya BG, Samad pun melakukan pembelaan dan klarifikasi. Begitu pula pihak Elvira, menegaskan bahwa photo itu hanyalah rekayasa dan palsu. Samad berujar photo mesra dirinya bersama Elvira tersebut merupakan salah satu upaya dari oknum tertentu yang ingin mencoreng citranya di mata publik serta sebuah upaya untuk melemahkan KPK. Padahal, kalau mau jujur, antara photo pribadi Samad dan KPK tak ada hubungannya jika dikatakan ada upaya pelemahan KPK. Photo itu, meski kita tak tahu asli atau palsu lebih merupakan urusan Samad secara pribadi semata. Namun, opini publik digiring agar photo itu dianggap ada sangkut-pautnya dengan KPK sebagai sebuah lembaga negara.
Terlepas dari itu, aksi saling serang menyerang antara Samad dan BG tampak begitu kental. Sekaligus menunjukkan ada persoalan pribadi yang belum terselesaikan di antara keduanya, dan mirisnya persoalan pribadi itu justru dibawa-bawa ke dalam sebuah lembaga atau institusi. Jelas, hal itu bukanlah tindakan profesional dan jauh dari kepentingan publik negeri.
Perseteruan antara Samad dan BG ibarat sebuah drama. Penulis menilai, drama Samad dan BG tak patut dipertontonkan ke hadapan publik karena memang bukan urusan publik, melainkan persoalan pribadi yang belum kelar. Namun, kini drama itu telah terlanjur menjadi tontotan publik akibat penetapan BG sebagai tersangka melakukan tindak pidana korupsi. Tetapi, publik telah terlanjur tahu, Samad telah terlanjur memberitahu publik tentang BG yang dianggap sebagai koruptor. Lalu, apa yang akan Samad dan BG lakukan? Kita tunggu episode berikutnya!