Tuesday 5 December 2017

Keterbukaan dan Inovasi, Arah Baru Pembangunan Masa Depan Dunia


Dewasa ini, pertumbuhan ekonomi global tak menentu. Kerjasama ekonomi multilateral telah mencapai titik balik krusial. Data Bank Dunia menyebutkan, angka penduduk miskin dunia tahun 2015 lalu diestimasikan berjumlah 702 juta, atau sekitar 9,6% dari total penduduk dunia.

Dengan situasi pertumbuhan ekonomi global yang begitu suram, ditambah berbagai tantangannya terutama pengentasan kemiskinan, kini mau tidak mau kita berharap banyak pada negara-negara yang tergabung dalam G-20. Pada 4-5 September tahun 2016 lalu, G-20 menggelar KTT di Hangzhou. KTT G-20 menjadi penting karena forum ini menghimpun 2/3 penduduk dunia yang menguasai 80% transaksi perdagangan internasional dengan nilai output 90% PDB global.

Mencermati KTT G-20, China kini tampil sebagai lokomotif 'kapitalisme baru' yang tergambar dalam program One Belt, One Road abad 21. China berencana akan membangun koridor Jalur Sutra Maritim Abad 21 yang menghubungkan daratan dan perairan yang membentang dari China sampai ke jantung Eropa, yang melewati lebih dari 60 negara dalam koridor jaringan perdagangan dan transportasi yang terintegrasi. China berkeyakinan bahwa dalam era globalisasi tidak ada satu negara pun yang bisa tumbuh sendirian.

China mengajak para pemimpin negara G-20 merumuskan kebijakan yang efektif guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang imbang, kuat dan berkelanjutan. Ini dikarenakan kondisi ekonomi yang dihadapi negara-negara G-20 saat ini tidak jauh berbeda dengan yang dialami delapan tahun lalu. Pertama, negara-negara G-20 harus memperkuat koordinasi dalam merumuskan kebijakan makro ekonomi yang komprehensif, guna mendukung pertumbuhan ekonomi global. Kedua, merumuskan pendekatan baru untuk menciptakan pertumbuhan global jangka menengah dan jangka panjang.

Presiden China Xi Jinping mengatakan, bahwa dunia harus punya cetak biru untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inovatif reformasi struktural yang inovatif, revolusi industri baru dan pembangunan ekonomi digital. Karenanya,  negara G-20 harus mampu meningkatkan tata kelola ekonomi global, penguatan sistem keuangan dan moneter, serta peningkatan tata kelola lembaga keuangan global. Terutama meningkatkan jaring pengaman keuangan global, dan merumuskan kebijakan perpajakan secara bersama-sama, serta peningkatan upaya antikorupsi untuk mengurangi resiko perlambatan pertumbuhan ekonomi.

"Kita harus membangun ekonomi global yang lebih terbuka memberikan fasilitasi dan liberalisasi dalam perdagangan dan investasi guna mendongrak pertumbuhan ekonomi global. Termasuk pembangunan infrastruktur dan interkonektivitas khususnya bagi UMKM dan negara berkembang untuk bisa berpartisipasi dalam global value chain," kata Presiden Xi di KTT di Hangzhou tahun lalu.
Disqus Comments