Tuesday 2 June 2015

Timnas (bukan) Kebanggaan

Timnas
Mungkin benar apa yang dikatakan Jokowi, percuma ikut banyak kompetisi kalau minim prestasi. Seperti ingin menegaskan pernyataan sang presiden, timnas U-23 nyatanya tumbang di pertandingan pertama SEA Games 2015 melawan Myanmar. Kebobolan empat gol bukan angka kecil.

Dalam satu pertandingan, empat gol itu terlalu banyak meskipun lumrah. Walau lumrah, skor itu dibilang telak. Hebatnya, bisa bikin dua gol kadang dibilang cukup membanggakan dengan dalih syukur-syukur bisa mencetak gol. Namun, faktanya tetap saja, kalah serta tak dapat poin. Rabu 02 Juni 2015 malam jadi saksi kalau sepakbola Indonesia memang minim prestasi. Itu suatu penegasan.

Ya, penegasan kalau sepakbola Indonesia tak kunjung membanggakan. Kekecewaan publik pun kian panjang. Lantas, masihkah publik mampu bersabar dan terus menyimpan harapan dan optimisme? Ah, tidak berlebihan kalau dibilang sepakbola tanah air tak ada kualitasnya. Di level internasional, kualitas sepakbola dalam negeri kalah jauh. Meski skuad diisi, yang katanya, pemain-pemain bagus dan memiliki prospek cerah, tetap saja miskin kualitas.

Bukan maksud ingin menghujat, tetapi tak bolehkan kalau kita sesekali menginginkan timnas mampu mempersembahkan kemenangan untuk sekadar kebanggaan? Orang kemudian mulai sibuk mencari-cari kambing hitam tiap kali timnas Indonesia tersungkur dalam sebuah laga internasional. Mengkaitkan ke sana, kaitkan ke sini, faktor ini, faktor itu, bla bla bla, mulai didengungkan.

Tidak menutup kemungkinan ada sebagian kalangan yang mulai mempermasalahkan kisurh PSSI versus Kemenpora yang belakangan menjadi buah bibir publik negeri. Seorang kawan berseloroh heran karena penjaga gawang yang diturunkan sebagai starter bukan nama Ravi Murdiyanto. Baginya, eks punggawa timnas U-19 tersebut lebih pantas berdiri di bawah tiang gawang timnas U-23 ketimbang Muhammad Natsir.

Atas kekalahan timnas U-23 itu, tak sedikit yang mencibir. sebagian besar mengatakan permainan Manahati Lestusen dkk menyedihkan untuk disaksikan. Miris, katanya lihat permainan mereka. Ada pula sebagian lain mencibir timnas tak patut dibanggakan. Sementara sebagian lain tetap mencibir PSSI meski telah resmi dibubarkan dan dibekukan. Bermacam-macam komentar yang muncul, terutama di dunia internet. Tetapi, apa hendak dikata, peluit panjang telah ditiup skor tetap 4 untuk timnas U-23 Myanmar dan 2 untuk timnas U-23 Indonesia. Tapi ya sudahlah, yang penting tetangga sebelah kegolan lima biji. Haha
Disqus Comments