Membangun
jaringan serta memperbanyak teman adalah pilihan alternatif yang patut
diperhatikan oleh mahasiswa. Studi memang kebutuhan utama mahasiswa, namun
bukan berarti mereka lantas menutup diri dari berbagai aktivitas di luar
kuliah. Sebab, pengangguran terdidik produk asli perguruan tinggi merupakan
fenomena mutakhir yang kini menjadi masalah serta dibahas di berbagai lini
kehidupan. Dengan memperbanyak teman, mahasiswa diharapkan dapat membangun
relasi serta bertukar informasi, terutama terkait dunia kerja.
Karena tidak dapat dihindari, sarjana pengangguran kini telah menjelma menjadi
hantu yang menakutkan bagi kaum intelektual muda itu setelah menjadi alumnus
PT. Akhirnya, pengangguran terdidik jadi problem bersama, juga
problem negara.
Persaingan
hidup membuat studi di PT jadi kurang berarti. Setidaknya begitulah
pendapat sebagian orang yang menganggap bahwa kuliah merupakan sebuah jalan
pintas untuk memperoleh pekerjaan yang layak. Di samping itu, ketersediaan
lapangan pekarjaan yang terbatas membuat para sarjana yang berjumlah
ribuan orang harus saling berebut, sementara lowongan pekerjaan jauh lebih
sedikit membutuhkan tenaga kerja. Kondisi ini menuntut para sarjana untuk
berpikir kreatif agar tidak menjadi pengangguran, meskipun menyandang titel
sarjana menganggur kini bukan lagi merupakan suatu hal yang dianggap
memalukan.
Dalam
pada itu, sebenarnya di dalam setiap lini kehidupan masih terdapat banyak ruang
yang dapat dijadikan sebagai suatu pekerjaan. Mainstream bahwa sarjana harus
bekerja di lembaga-lembaga formal harus segera dihapus, agar daya kreatifitas
yang mereka miliki dapat berfungsi dengan baik sehingga mampu memunculkan
ide-ide untuk membuat sesuatu agar menjadi sebuah pekerjaan yang menghasilkan.
Paling tidak, hal ini dapat dijadikan sebagai bahan bukti, bahwa titel sarjana
diperlukan dalam dunia kerja, sebab, selama ini mulai berkembang suatu
pandangan bahwa titel sarjana itu tidak begitu diperlukan dalam dunia kerja.
Terinspirasi
dari beberapa kasus yang terjadi, penulis ingin menyatakan bahwa sarjana masih
sangat dibutuhkan di dunia kerja. Teramat banyak berbagai perusahaan, apalagi
lembaga-lembaga negara, yang memasukkan titel akademik sebagai salah satu
prasyarat kerja. Artinya, selama dunia kerja terus berkembang, maka di situ
pula para sarjana masih sangat dibutuhkan kontribusinya, baik berupa tenaga (skill)
maupun pikiran atau gagasannya.
Tidak
sedikit dari mereka yang justru telah bekerja malah ingin menyandang gelar
sarjana. Dan bahkan, demi titel sarjana tersebut, tidak sedikit pula sebagian
orang lantas menempuh jalan pintas dengan cara membeli ijazah untuk titel
sarjana. Motivasinya bermacam-macam, namun kebanyakan titel tersebut dijadikan
sebagai alat penguat posisi pekerjaan yang sedang digeluti. Bahkan beberapa
tahun belakangan, muncul wacana bahwa calon presiden yang maju dalam pilpres
minimal harus sarjana. Artinya, gelar sarjana merupakan suatu kebutuhan
tersendiri yang harus dimiliki setiap orang, sekurang-kurangnya dijadikan
sebagai alat bukti bahwa yang bersangkutan pernah menjalani proses studi di PT.
Sebagaimana yang kita ketahui bersama, perguruan tinggi (PT) merupakan pabrik
yang menghasilkan produk berupa kaum intelektual muda.
Untuk
itu, tidak salah jika seseorang individu berupaya keras agar dapat mengeyam
studi di PT. Di satu sisi, studi di PT dapat mengangkat citra diri serta
penilaian positif dari orang lain terhadap diri individu. Menurut Abraham
Maslow, bahwa memperoleh pengakuan dari orang lain merupakan salah satu
kebutuhan dasar pada diri setiap manusia. Artinya, dengan kemampuan yang
dimiliki setiap diri individu, baik secara kognitif maupun psikomotorik, maka
akan menjadi modal untuk memperoleh suatu pekerjaan demi memenuhi kebutuhan
hidup. Orang lain akan menilai kemampuan yang kita miliki sehingga menjadi daya
tarik tersendiri untuk bekerjasama dalam suatu pekerjaan. Kuncinya terletak
pada diri individu itu sendiri apakah dia mau beraktualisasi diri dengan
membangun jaringan serta memperbanyak teman, atau hanya berdiam diri padahal
dia memiliki segudang pengetahuan serta kepandaian.