Memupuk Jiwa Entrepreneur
Dunia saat ini sedang kalut. Krisis finansial global menimbulkan problematika baru dalam dunia ekonomi. Sampai saat ini pun perbaikan dalam bidang perekonomian pasca krisis belum menemukan titik terangnya. Di mana krisis yang bermula dari Amerika Serikat tersebut nyaris saja menghentikan regulasi perekonomian dunia. Hampir di seluruh belahan dunia terkena percikan atau imbas krisis finansial tersebut hingga menimbulkan kepanikan. Ekonomi mengalami resesi serius.
Lebih lanjut, dampak krisis makin nampak jelas ke permukaan. Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK secara serentak melahirkan problema baru dalam dinamika kehidupan manusia. Bagaimana tidak, PHK merupakan pil pahit yang harus ditelan para karyawan dengan dalih demi menyelamatkan eksistensi sebuah perusahaan karena tidak mampu lagi membayar jasa kerja mereka. Ribuan bahkan jutaan karyawan di seluruh belahan dunia menuai PHK dari berbagai perusahaan disebabkan hantaman serius krisis global.
Secara psikologis, PHK memberi efek buruk bagi individu. Depresi, putus asa, dan stres menimbulkan ciutnya kondisi kejiwaan individu yang bermuara pada fall down dalam mengharungi perjalanan hidup. Sementara kepentingan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis makin mendesak demi mempertahankan eksistensi kehidupan. Maka sah-sah saja Abraham Maslow mendudukkan kebutuhan fisiologis di urutan pertama (dasar) dalam teori jenjang kebutuhan yang berbentuk piramida tersebut. Meskipun di akhir hidupnya Maslow justru mengatakan bahwa teori tersebut terbalik.
Ekonomi adalah kebutuhan mendasar dalam kehidupan manusia. Anda boleh setuju atau tidak dengan pendapat ini, namun pada tataran empirik menunjukkan betapa manusia tidak bisa berbuat apa-apa sebelum terpenuhinya kebutuhan dasar seperti makan dan minum.
Untuk itu manusia dituntut agar mencari nafkah. Berbagai macam cara bisa saja diupayakan asal adanya kemauan serta motivasi kuat. Selain juga perlu ditopang dengan kreatifitas atau ketrampilan dalam diri sebagai acuan untuk menciptakan lapangan kerja baru. Ketrampilan (soft skill) harus diberdayakan serta dikembangkan dengan cara-cara kreatif melalui pembacaan terhadap peluang yang ada. Sumber daya manusia dalam diri setiap individu yang dianugerahkan oleh Tuhan sebagai indikator penting untuk mulai menciptakan berbagai peluang bisnis atau entrepreneurship.
Kejelian membaca peluang dan kesempatan adalah acuan utama sebelum memulai bisnis. Meskipun persaingan demikian sengit dalam dunia jasa begitu kentara di hadapan kita. Justru di sinilah letak di mana kreatifitas yang telah tertanam di dalam diri setiap individu dipacu agar bersikap berani. Sedang kegagalan merupakan sebuah konsekuensi logis dan bukan lantas kita berburuk sangka. Sebab, kegagalan lebih merupakan awal dari sebuah keberhasilan, namun tertunda di waktu yang lain. Di sinilah, di mana kesabaran sedang diuji sejauh mana kesungguh-sungguhan diri setiap individu untuk menentukan arah selanjutnya.
Berbisnis atau entrepreneurship bukan perkara baru. Hampir semua orang bisa melakukan itu meski tanpa harus berlatih atau training terlebih dahulu. Sebab, berani mencoba merupakan sebuah modal utama yang penting untuk mencapai pengalaman jika ternyata dibenturkan dengan kegagalan dalam perjalannya. Sebagian para pebisnis bersepakat menyatakan bahwa 99 persen keuntungan finansial di peroleh dari lapangan bisnis. Sebab, anda adalah menejer di lapangan bisnis yang diciptakan sendiri.
Dengan begitu, maka otomatis tidak ada istilah PHK dalam kerja anda. Tinggal bagaimana upaya untuk menciptakan manajemen dalam bisnis tersebut dengan baik dan sistematis. Menciptakan lapangan bisnis tak melulu harus menunggu mimpi tiba, tinggal bagaimana kejelian kita mengetahui potensi diri, kemudian dikembangkan setelah membaca peluang tersebut di sekitar. Pondasinya adalah mengetahui dan memahami kecenderungan yang kita miliki ditopang dengan skill melekat pada diri.
Pungkasnya, jiwa berentrepreneur sebaiknya mulai dikembangkan dalam diri setiap individu. Pada awalnya bisa dimulai dengan menggali potensi serta minat yang melekat dalam diri setelah melihat perkembangan realitas atau kondisi di masyarakat. Sebagai orang tua, patutnya lebih jeli melihat potensi seorang anak dalam masa perkembangannya. Apabila nanti telah ditemukan minat serta bakat seorang anak tersebut, baru kemudian orang tua mengarahkan kepada kegiatan-kegiatan yang mendukung potensi seorang anak. Sehingga, ketika telah menginjak usia dewasa, anak tidak perlu lagi cemas memikirkan orientasi pekerjaan selepas menempuh dunia studi. Karena bekal yang telah diperoleh akan dengan sendirinya menuntun untuk mendapatkan sebuah pekerjaan meski persaingan telah terbentang. Tinggal bagaimana mengoptimalkan kejelian dalam membaca realitas yang sedang berkembang.
Begitu pula bagi para korban PHK. Rasa frustasi atau depresi akan terobati dengan cepat jika sebelumnya telah tertanam kreatifitas sedari dulu. Bisa dikatakan bahwa kreatifitas akan menjadi obat penawar sekaligus benteng agar tidak jatuh ke jurang putus asa dalam mengharungi perjalanan kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan fisiologis khususnya. Begitulah