Sunday 28 October 2012

Pergeseran Pola Pikir Kaum Intelektual Muda


Banyak orang saat ini mempertanyakan keberadaan serta eksistensi mahasiswa yang memang diakui atau pun tidak telah mengalami pergeseran. Perubahan zaman ternyata juga memberikan efak besar terhadap kehidupan mahasiswa di kampus. Mahasiswa yang digadang-gadang sebagai aset pemimpin di masa mendatang kini semakin sulit dipercaya bahwa mereka mampu mengemban amanat mulia itu. Mahasiswa yang dikenal dengan idealisme serta semangat perubahannya kini memang sudah saatnya dipertanyakan apakah masih ada jiwa semacam itu bersarang di dalam diri mereka. Gelar prestisius yang disandang mahasiswa, seperti agent of social change, agent of control, agent of transformation, dan intelektual muda kini sudah kurang populer untuk ditempelkan di atas nama mereka.

 Siapa pun boleh membantah, terutama para mahasiswa yang masih merasa konsisten melakukan berbagai agenda perubahan, baik melalui organisasi intra kampus maupun organisasi-organisasi ekstra kampus, sebab, penulis pun juga pernah membantah justifikasi semacam itu. Namun, mari kita mencoba untuk melakukan refleksi panjang sekaligus membandingkan aktivitas mahasiswa dahulu dengan aktivitas mahasiswa zaman sekarang. Jika ada sebagian orang mengatakan bahwa aktivitas-aktivitas mahasiswa dahulu sudah tidak relevan untuk dipraktekkan mahasiswa zaman sekarang, pada level tertentu mungkin itu benar adanya, tapi tidak seluruhnya benar. Sebab, ada beberapa aktivitas atau budaya mahasiswa yang memang harus tetap dijaga kelestraiannya serta berkesinambungan, seperti membaca buku, berdiskusi, melakukan advokasi masyarakat, melakukan kritik terhadap pemerintah, menyampaikan aspirasi, melakukan pertemuan-pertemuan antar mahasiswa, serta agenda-agenda positif lainnya.

Mahasiswa memang bukan pekerja sosial. Tetapi mahasiswa harus mampu menunjukkan bahwa mereka adalah agen yang siap menyelesaikan berbagai persoalan yang terjadi di masyarakat, dan siap memberikan gagasan cerah pada saat menghadapi suatu persoalan. Atau minimal, mahasiswa harus jeli melihat sesuatu yang dapat dikategorikan sebagai sebuah permasalahan, atau jangan-jangan mahasiswa zaman sekarang sudah tidak mengerti sesuatu yang disebut masalah?

Kemunduran gerakan serta pergeseran budaya mahasiswa memang telah menjadi realitas yang mencolok. Penyebabnya bisa saja karena faktor internal maupun eksternal mahasiswa itu sendiri. Dalam perspektif psikologi perkembangan, lingkungan adalah faktor kuat yang dapat mempengaruhi pola pikir serta tingkah laku seorang individu. Artinya, perubahan pola pikir serta tingkah laku individu sangat erat kaitannya dengan kondisi lingkungan di mana ia hidup, sebab kondisi lingkungan mengikuti perubahan zaman, dan itu merupakan hukum alam, meskipun sebenarnya manusia itu sendirilah yang membuat perubahan-perubahan tersebut. Namun anehnya, zaman seakan terus menuntut manusia untuk mengikuti perubahan yang terjadi, dan manusia harus mampu mengendalikan perubahan-perubahan tersebut agar tidak terjerumus pada keinginan-keinginan semu yang ditawarkan oleh zaman. Manusia harus mampu memproteksi diri dengan menggunakan akal serta mampu membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Selain itu, pendidikan merupakan faktor yang menjadi penentu untuk mendidik individu dalam menghadapi arus perubahan zaman. Pendidikan dimaksudkan untuk mengisi kognitif individu sehingga mampu menggunakan akal yang merupakan salah satu potensi dasar manusia untuk keberlangsungan hidup.

Dalam pada itu, bergesernya budaya mahasiswa tak perlu disesali ataupun diratapi, apalagi ditangisi. Zaman memang edan, kita tak kuasa melawannya, sebab tugas kita hanya memproteksi serta mengendalikan diri, dan memupuk rasa kesadaran kita, yang dalam konteks tulisan ini, agar tidak menjadi individu-individu yang ahistoris dan buta terhadap realitas. Yang terpenting adalah bagaimana masing-masing individu mampu tertanamkan rasa tanggungjawab, baik terhadap sejarah, sosial, diri sendiri, maupun kepada Tuhan.

Salah siapa? Sejauh ini, penulis melihat aktivitas-aktivitas mahasiswa mengalami pergeseran kepada budaya yang cukup memprihatinkan, setidaknya hal ini terlihat di kampus di mana penulis mengenyam pendidikan. Pada aspek penguatan emosional atau persekawanan diakui terlihat mengagumkan karena sikap empati serta saling peduli yang mereka tunjukkan, dan itu pun hanya terjadi karena mereka berada dalam satu lingkaran komunitas atau organisasi tertentu. Bahkan sekumpulan mahasiswa tersebut dapat dikatakan mampu bersama tiap saat, terlebih jika terdapat suatu permasalahan, baik permasalahan terkait perkumpulan maupun permasalahan anggotanya.

Rasa persekawanan dan sikap empati mahasiswa zaman sekarang memang berkembang baik, dan itu pun merupakan modal dasar mahasiswa zaman dahulu. Namun, perbedaannya terlalu mencolok, jika mahasiswa zaman dahulu berkumpul untuk melahirkan suatu manifestasi gerakan, sedangkan mahasiswa zaman sekarang berkumpul justru hanya untuk sekadar nongkrong, menghayal, serta curhat belaka. Setidaknya ini realitas yang sedang muncul di hadapan penulis, dan jika memang ada sekumpulan mahasiswa zaman sekarang yang aktivitasnya tidak demikian itu, berarti tidak termasuk dalam kategori yang telah penulis sebutkan. Fenomena pergeseran aktivitas serta budaya mahasiswa saat ini adalah bukti nyata mulai, atau bahkan semakin, memudarnya citra kaum intelektual yang melekat pada diri mahasiswa.

Lantas siapa yang patut dipersalahkan? Sebagian orang menganggap wajar pergeseran-pergeseran itu terjadi akibat perubahan arus zaman. Dan sebagian lainnya menyalahkan proses pembelajaran di kampus yang tidak mampu menumbuhkan kesadaran (kognitif) mahasiswa. Ada lagi sebagian lain justru menyalahkan individu-individu mahasiswa itu sendiri karena dianggap lebih memilih gaya hidup hedonis nan pragmatis, enggan untuk diajak berpikir dan berjuang. Bahkan, ada lagi sebagian lain yang justru beranggapan agak ekstrim, bahwa mahasiswa zaman sekarang tidak cerdas dan bodoh-bodoh. Terlepas dari hal itu, apa pun faktor yang menjadi penyebab pergeseran budaya mahasiswa tersebut harus kita akui bahwa realitas seperti itu memang sungguh-sungguh terjadi dan jangan mencoba tutup mata, terutama kepada mereka yang memiliki tanggung jawab moral untuk mengembalikan peran serta fungsi mahasiswa.

Karakteristik mahasiswa zaman sekarang memang sudah jauh berbeda dengan karakteristik mahasiswa zaman dahulu, dan itu sangat mudah menilainya dari aktivitas yang mereka pertunjukkan sehari-hari, baik di kampus maupun di luar kampus. Mungkin sebagian orang heran mengapa mahasiswa selalu jadi perhatian dan pembicaraan atau perbincangan. Hal itu terjadi bukan tanpa sebab. Citra sebagai kaum intelektual serta generasi penerus merupakan alasan utama. Artinya, ada beban sejarah yang dipikul mahasiswa sekaligus ada suatu harapan yang membumbung tinggi atas keberadaan mereka di negeri ini. Mau di bawa ke mana citra, beban sejarah serta harapan besar itu? Kita lihat saja nanti pada perkembangan selanjutnya
Disqus Comments