Puteri Indonesia 2011 Maria Selena |
Hari minggu. Pagi-pagi sekali saya bangun dari tempat tidur. Menunaikan kewajiban sebagai seorang muslim, dan setelah itu saya ke luar manuju sebuah warung untuk membeli kopi. Tak lupa, saya juga membeli sebuah koran lokal di kota Yogyakarta. Selepas itu, saya pun kembali ke kos.
Sesampainya di kos, saya duduk manis menghadap layar laptop bermaksud untuk menulis. Pagi terasa sangat dingin, secangkir kopi rasanya cukup untuk sekadar menghangatkan badan. Kopi itu sudah tersedia, barusan saja saya membelinya.
Sebelum mulai menulis, terlebih dahulu saya membaca koran. Dan karena hari minggu, berita-berita yang dituliskan di koran adalah berita yang relatif ringan dan santai. Ada beberapa berita yang agak serius, tetapi saya mengabaikannya karena memang sudah membacanya di media-media online sejak semalam. Lembar per lembar koran saya buka, berharap ada berita menarik. Tak lama berselang, saya pun menemukan berita menarik itu. Ya, cukup menarik bagi saya sehingga saya merasa penting untuk membacanya.
Berita menarik itu tampil di kolom "Mode" bertajuk "Kebaya Makin Berani". Judul beritanya bikin saya pun jadi penasaran. Ya, penasaran, hanya sekadar penasaran!
Dalam pemaparannya, sang designer mengungkapkan ide yang ia usung adalah tentang desain kebaya menjadi busana modern dan seksi. Ide itu sealur dengan photo atau gambar wanita model yang mengenakan kebaya dengan desain bawahan yang agak tinggi di bagian depannya, sementara di bagian (maaf) dada agak sedikit terbuka. Alamaak, mata saya silau melihatnya. Bagaimana tidak, dalam pikiran dan pemahaman saya, yang namanya baju kebaya itu tertutup rapi dan tidak mengundang perhatian mata! Tetapi, di sisi lain saya juga berpikir, mungkin kebaya yang saya pahami tertutup itu kini harus mengikuti perkembangan fashion terbaru dengan corak dan model-model gaya kehidupan modern. Mungkin, pikirku, kebaya sudah seharusnya mengikuti perkembangan jaman modern yang identik dengan serba terbuka. Tapi entahlah, orang masing-masing punya ide dan gagasan sendiri dalam mendefinisikan arti kata modern. Termasuk soal fashion. Dan kita perlu kiranya menghargai dan mengapresiasi ide dan gagasan orang lain sebagai sebuah karya.
Mata saya belum beralih dari photo dan gambar model kebaya yang disebut rancangan modern itu. Mungkin saya telah berdosa, akan tetapi gambar itu teramat mencolok dan menohok. Saya akui, saya cukup terkesan dengan ide dan gagasan sang designer. Setidaknya, ia telah berusaha merancang model kebaya yang modern sehingga orang tak lagi malu mengenakan kebaya yang merupakan karya wanita Indonesia itu meski harus menampilkan sisi-sisi seksi. Ya, seksi dalam pengertian kebanyakan orang terbuka atau mengumbar aurat!
Kebaya desain ini adalah baju pengantin yang dibanderol dengan harga yang cukup mahal. Namu, bila dilihat dan dipahami dari bahan yang menempel di kebaya itu, saya mengaku wajar dengan harga mahal tersebut toh kebaya memang gaun yang elok dan rupawan dalam pandangan saya dengan model apapun, tak terkecuali model kebaya yang sedang saya lihat dan baca ini.
Saya mungkin adalah orang yang tak begitu paham dengan kebaya, fashion dan style sehingga saya mengkomentari kebaya ini yang saya anggap cenderung kurang agak elegan jika harus berbaur dengan gaya modern yang dipandang dekat dengan apa yang disebut seksi. Sejauh penglihatan dan pemahaman saya, kebaya adalah gaun yang tertutup rapi serta sedikit pun tidak memberikan celah untuk membuka bagian-bagian tertentu pada diri wanita. Karena hal itu bisa saja dipandang sebagai upaya membuka aurat. Pemahaman saya ini mungkin sedikit naif, kuno dan konservatif. Tetapi pada kenyataannya, hal-hal yang bersifat kuno dan tradisional terkadang memang selalu kalah karena dianggap tidak mengikuti budaya modern yang kebarat-baratan.
Menurut hemat saya, kebaya tetap harus menjaga orisinilitas dan identitas awalnya. Tertutup rapi dan tidak terbuka. Sebab, keindahan itu tak melulu soal mengumbar bentuk tubuh melainkan rasa percaya diri, kesopanan, bersih dan rapi. Dan adapun soal modif, itu tergantung bagaimana kreatifitas seseorang dalam mengkolaborasikan model, corak dan warna-warna. Hanya saja, soal konsistensi dalam menjaga kebiasaan memang terkadang acap kali terabaikan karena kita selalu berpatokan kepada orang lain serta budaya terkini yang sedang tren. Kita selalu takut dan khawatir jika dituding, meminjam istilah Tukul Arwana, ndeso! Demikian penilaian saya...