ILUSTRASI |
Hidup adalah sebuah proses, bukan semata-mata perjuangan. Tumpang
tindih, gali lobang tutup lobang, kadang berkekurangan, kadang
mendapatkan kelebihan, selalu berkecukupan, bahkan kadang pula terjun
bebas tak punya apa-apa lagi, merupakan deretan dinamika yang selalu
akan hadir dalam seluruh proses kehidupan diri sebagai seorang individu.
Namun, yang terpenting dari semua itu adalah bagaimana diri kita mampu
memanfaatkan setiap kesempatan untuk dikelola dengan cerdas sehingga
semua tampak berjalan seimbang. Setiap orang punya karakter diri yang
unik. Izinkan saya untuk mengutip pernyataan presiden Singapura Lee Kuan
Yew yang sudah mendahului kita menghembus nafas terakhir di dunia
beberapa hari lalu.
Pemimpin kharismatik negara Gajah Putih itu bilang
"Masalah yang sering muncul adalah manusia belum mampu mengerti apa yang
dimaksud dengan karakter. Kamu dapat mengukur IQ atau kepintaran setiap
orang dengan segala macam tes..Sungguhlah mencengangkan, banyak sekali
orang ber-IQ tingi di dunia yang tidak berbuat apa-apa untuk menolong
sesama. Karakter adalah sebuah kualitas yang tidak dapat diukur.
Karakter yang baik ditambah mental yang kuat, kepintaran, dan
disiplinlah yang melahirkan leadership yang baik," demikian Lee Kuan
Yew. Dengan kata lain, setiap individu adalah seorang pemimpin yang
harus pintar-pintar mengelola dinamika kehidupan. Setiap orang tentu tak
luput dari persoalan dan permasalahan. Kadang, permasalahan hidup itu
mampu membuat seorang individu tak mampu berkutik lalu dia merasa stres
dan frustasi.
Bukan masalah dan persoalan hidup itu sebenarnya yang
membuat seseorang terjun bebas ke kubang keputusasaan melainkan individu
itu sendiri. Sebab, masalahnya individu tersebut tak mampu
mengendalikan diri dengan cara-cara yang cerdas, lupa dengan kemampuan
dan potensi diri yang sejatinya merupakan jadi solusi terhadap sederet
permasalahan. Setiap diri seseorang berhak jadi sosok yang selalu
berpikir dan bersikap optimis. Itu sah. Sebab, optimisme mampu
memperkuat mentalitas diri yang disandarkan pada idealisme, toh bukankah
setiap orang itu adalah diri yang kuat? Tidak ada manusia yang tidak
kuat. Semua manusia kuat tinggal bagaimana kekuatan itu mampu membentuk
karakter diri yang seharusnya berbanding lurus dengan keyakinan.
Bukankah keyakinan adalah benteng terakhir dari diri seorang manusia?