Thursday 26 March 2015

Hidup Ibarat Sebuah Lelucon

ILUSTARASI
Hahahaha. Hari ini saya pantas tertawa. Mengalami kejadian apes sepanjang hari memang bukanlah faktor kesengajaan, melainkan terjadi tanpa terduga. Saya menilainya ibarat sebuah lelucon, lucu sih tapi juga menyedihkan sekaligus menyesakkan dada. Bagaimana tidak, sedari pagi-pagi sekali saya sudah harus berjalan kaki menempuh jarak tak kurang dari 7 km.

Siang harinya dikejar deadline kerjaan. Malam harinya terdampar di sebuah tempat yang tak kukenal daerahnya gara-gara menunggu kawan. Sudah begitu, batrai handphone sekarat. Uang di kantong benar-benar menipis. Paling hanya cukup untuk membeli dua butir kerupuk, sementara cacing di dalam perut mulai berontak. Uang jatah kerjaan hari ini malah saya pinjamkan semuanya kepada seorang kawan lainnya yang berjanji akan mengembalikan malam ini juga.

Namun, janji hanya tinggal janji, akibat handphone mati, saya tak bisa menghubunginya. Saya pun lantas berharap kawan yang ditunggu segera datang. Tetapi sekali lagi, kawan yang ditunggu tersebut pun tak kunjung menampakkan batang hidungnya, padahal satu jam sudah berlalu. Di situ kadang saya merasa sedih. Saya masih tetap menunggu, tanpa hiburan karena handphone sudah mati serta tak bisa menghubungi sesiapapun. Saya pun pasrah. Berharap kawan yang ditunggu menepati janjinya tuk menghampiri diri saya yang bengong. Tak lama berselang, satu per satu kejadian apes yang menimpa diri saya mulai terkurangi. Kawan yang ditunggu sudah datang menepati janjinya walau terhitung sudah terlambat dari jam janji bertemu yang sudah disepakati sejak awal. Tak tanggung-tanggung, keterlambatan datangnya kawan saya itu bisa dibilang sudah keterlaluan, bahkan tak bisa ditolerir.

Ya, dua jam lamanya. "Maaf bro, di jalan macet total, maklum hari minggu, jadi banyak orang yang beranjak pulang setelah menghabiskan weekend-nya. Ente sudah lama menunggu di sini?," tanya kawan tersebut tanpa dosa. Saya sudah tidak tertarik tuk menjawab pertanyaan kawan itu. Dia pun tampak merasa bersalah meski tetap membela keterlambatannya dengan alasan-alasan lain selain terjebak macet di jalan raya. Tidak nampak gelagat kawan tersebut untuk menebus keterlambatannya. Mengajak makan, misalnya. Tidak! Tidak ada gelagat sama sekali. Padahal, saya sangat berharap, setidaknya untuk mengajak makan karena perut memang terasa sudah terlalu lapar. Tapi ya sudahlah, pikirku.

Terpenting, saya sudah selamat dari penantian tanpa kepastian. Hidup memang lucu. Saban harinya kita acap kali mengalami peristiwa yang terjadi di luar rencana. Entah bagaimana Tuhan membuat skenario tentang kehidupan seorang manusia, yang pasti dinamika hidup penuh dengan kejutan-kejutan tak terduga. Masalah-masalah datang silih berganti. Hebatnya, setiap masalah, satu per satu mampu terselesaikan oleh seorang individu. Mungkin ada benarnya sebuah firman tuhan yang mengatakan bahwa di setiap kesulitan pasti ada jalan keluarnya. Atau, ayat yang berbunyi bahwa tuhan memberikan ujian dan cobaan sesuai dengan kadar kemampuan individu tersebut.

Tak mungkin tuhan membiarkan hambaNya terpuruk, atau mati karena masalah-masalah yang dialami. Atas nama kesabaran, seorang manusia ternyata berhasil memecahkan berbagai persoalan hidup di muka bumi. Setelah itu, proses hidup pun maju ke babak berikutnya. Tak tahu apa lagi besok-besok, yang jelas misteri kehidupan nyatanya memang sulit ditebak. Jadi, lanjutkanlah hidupmu sobat karena manusia ditakdirkan tuk menjalani skenario yang telah ditulis oleh Sang Maha Pencipta. Mungkin, keyakinan semacam itu sedikit-banyak perlu ditanamkan di dalam diri. Sebab, takdir hidup tidak kejam sebagaimana lirik lagu seorang penyanyi kenamaan beberapa tahun silam itu.! Hehehehe
Disqus Comments