ILUSTARASI |
Hahahaha. Hari ini saya pantas tertawa. Mengalami kejadian apes
sepanjang hari memang bukanlah faktor kesengajaan, melainkan terjadi
tanpa terduga. Saya menilainya ibarat sebuah lelucon, lucu sih tapi juga
menyedihkan sekaligus menyesakkan dada. Bagaimana tidak, sedari
pagi-pagi sekali saya sudah harus berjalan kaki menempuh jarak tak
kurang dari 7 km.
Siang harinya dikejar deadline kerjaan. Malam harinya
terdampar di sebuah tempat yang tak kukenal daerahnya gara-gara menunggu
kawan. Sudah begitu, batrai handphone sekarat. Uang di kantong
benar-benar menipis. Paling hanya cukup untuk membeli dua butir kerupuk,
sementara cacing di dalam perut mulai berontak. Uang jatah kerjaan hari
ini malah saya pinjamkan semuanya kepada seorang kawan lainnya yang
berjanji akan mengembalikan malam ini juga.
Namun, janji hanya tinggal
janji, akibat handphone mati, saya tak bisa menghubunginya. Saya pun
lantas berharap kawan yang ditunggu segera datang. Tetapi sekali lagi,
kawan yang ditunggu tersebut pun tak kunjung menampakkan batang
hidungnya, padahal satu jam sudah berlalu. Di situ kadang saya merasa
sedih. Saya masih tetap menunggu, tanpa hiburan karena handphone sudah
mati serta tak bisa menghubungi sesiapapun. Saya pun pasrah. Berharap
kawan yang ditunggu menepati janjinya tuk menghampiri diri saya yang
bengong. Tak lama berselang, satu per satu kejadian apes yang menimpa
diri saya mulai terkurangi. Kawan yang ditunggu sudah datang menepati
janjinya walau terhitung sudah terlambat dari jam janji bertemu yang
sudah disepakati sejak awal. Tak tanggung-tanggung, keterlambatan
datangnya kawan saya itu bisa dibilang sudah keterlaluan, bahkan tak
bisa ditolerir.
Ya, dua jam lamanya. "Maaf bro, di jalan macet total,
maklum hari minggu, jadi banyak orang yang beranjak pulang setelah
menghabiskan weekend-nya. Ente sudah lama menunggu di sini?," tanya
kawan tersebut tanpa dosa. Saya sudah tidak tertarik tuk menjawab
pertanyaan kawan itu. Dia pun tampak merasa bersalah meski tetap membela
keterlambatannya dengan alasan-alasan lain selain terjebak macet di
jalan raya. Tidak nampak gelagat kawan tersebut untuk menebus
keterlambatannya. Mengajak makan, misalnya. Tidak! Tidak ada gelagat
sama sekali. Padahal, saya sangat berharap, setidaknya untuk mengajak
makan karena perut memang terasa sudah terlalu lapar. Tapi ya sudahlah,
pikirku.
Terpenting, saya sudah selamat dari penantian tanpa kepastian.
Hidup memang lucu. Saban harinya kita acap kali mengalami peristiwa yang
terjadi di luar rencana. Entah bagaimana Tuhan membuat skenario tentang
kehidupan seorang manusia, yang pasti dinamika hidup penuh dengan
kejutan-kejutan tak terduga. Masalah-masalah datang silih berganti.
Hebatnya, setiap masalah, satu per satu mampu terselesaikan oleh seorang
individu. Mungkin ada benarnya sebuah firman tuhan yang mengatakan
bahwa di setiap kesulitan pasti ada jalan keluarnya. Atau, ayat yang
berbunyi bahwa tuhan memberikan ujian dan cobaan sesuai dengan kadar
kemampuan individu tersebut.
Tak mungkin tuhan membiarkan hambaNya
terpuruk, atau mati karena masalah-masalah yang dialami. Atas nama
kesabaran, seorang manusia ternyata berhasil memecahkan berbagai
persoalan hidup di muka bumi. Setelah itu, proses hidup pun maju ke
babak berikutnya. Tak tahu apa lagi besok-besok, yang jelas misteri
kehidupan nyatanya memang sulit ditebak. Jadi, lanjutkanlah hidupmu
sobat karena manusia ditakdirkan tuk menjalani skenario yang telah
ditulis oleh Sang Maha Pencipta. Mungkin, keyakinan semacam itu
sedikit-banyak perlu ditanamkan di dalam diri. Sebab, takdir hidup tidak
kejam sebagaimana lirik lagu seorang penyanyi kenamaan beberapa tahun
silam itu.! Hehehehe