Raja DangdutRhoma Irama |
Nama Rhoma Irama seperti tak pernah padam. Entah apa motifnya, sebuah stasiun televisi swasta nasional saban malam menayangkan kembali film-film Rhoma meski waktunya larut malam.
Saya sendiri mungkin salah satu dari sekian banyak rakyat Indonesia yang masih relatif suka menyaksikan kiprah Rhoma di dunia perfilman nasional. Kendati ditayangkan larut malam, film-film tersebut masih tampak menarik untuk disaksikan.
Ya, Rhoma, Ricca Rahim dan Yatie Octavia adalah nama-nama yang paling sering muncul sebagai pemeran dalam film-film Rhoma. Sejak terjun ke dunia politik, pria bernama asli Raden Oma Irama itu kerap jadi bahan pergunjingan publik.
Entah apa motifnya, yang jelas Rhoma tampak tak laku dalam panggung perpolitikan nasional. Nama Rhoma mungkin sudah terlalu mainstream sebagai seorang pedangdut, sehingga orang kemudian acuh tak acuh ketika melihatnya tampil di panggung politik. Padahal, penyanyi genre lain yang baru-baru tenar mudah dan mulus-mulus saja berpolitik lalu sukses memangku jabatan publik.
Peristiwa paling heboh ialah ketika nama Rhoma Irama muncul sebagai kandidat calon presiden oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pada Pilpres 2014 silam. Akibatnya, Rhoma bahkan disebut-sebut sebagai sosok yang sukses membuat elektabilitas PKB naik di panggung politik nasional waktu itu, atau yang latah disebut sebagai Rhoma effect. Lupakan soal Rhoma di panggung politik nasional, karena memang sudah tak relevan untuk dibicarakan kembali.
Toh, pesta demokrasi 2014 juga sudah berlalu. Dan adapun soal pendirian Partai Idaman oleh Rhoma agaknya masih terlalu dini untuk dibicarkan. Pasalnya, Partai Idaman sementara ini masih dianggap tidak jelas. Oke. Entah apa yang menjadi daya tariknya, film-film Rhoma yang ditayangkan kembali itu bukan tak ditonton oleh masyarakat Indonesia.
Ambil contoh misalnya saya dan beberapa teman masih suka menonton, bahkan nyaris saban malam. Film-film Rhoma memang masih menarik untuk disaksikan. Ada kekhasan tersendiri adegan-adegan serta alur cerita yang terdapat di dalam film tersebut. Lebih-lebih disuguhi sejumlah lagu-lagu dangdut milik Rhoma, alamak dangdut tulen.
Penayangan kembali film-film Rhoma tentu saja bukan tanpa alasan dan motif. Banyak sekali kemungkinan yang dapat dijadikan sebagai bahan refleksi dan opini. Salah satunya, kesengajaan untuk mencitrakan Rhoma sebagai seorang intertainment murni agar tak usah ikut-ikutan ribut dalam percaturan perpolitikan nasional, atau bisa jadi sebaliknya mengangkat popularitas Rhoma untuk persiapan Pemilu mendatang. Segini dulu ulasan singkat soal Rhoma Irama.