Saturday 7 May 2016

Kekerasan Media Massa dan Media Sosial

ILUSTRASI
Media massa dan media sosial telah mempertontonkan kekerasan kepada publik. Lewat sejumlah tulisan, artikel, berita dan foto, orang kemudian bebas memposting apapun yang dinilai layak untuk dibaca publik. Itu sah-sah saja sebetulnya.

Namun, orang harus sadar, bahwa informasi wajib mengedepankan aspek edukasi sebagai bagian dari proses mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. Edukasi tampak kurang dikedepankan karena aspek rating menjadi tujuan. Ini salah kaprah kalau tak mau dibilang kelewatan. Pasalnya, media massa dan media sosial kerap meyajikan kengerian, teror, provokasi dan kebengisan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Bahkan, hal itu dapat disaksikan dengan mata telanjang oleh segenap masyarakat.

Kasus-kasus kekerasan dan pembunuhan terkadang dijadikan sebagai headline sejumlah media massa. Sementara media sosial latah mempertontonkan foto-foto ngeri, seram dan horor akibat dari tindakan kekerasan antar sesama manusia seperti pembunuhan dan pembantaian. Sebagai manusia normal, sudha barang tentu kita ngeri menyaksikan suguhan-suguhan berupa berita dan foto itu. Sebab, pembunuhan manusia tak dibenarkan oleh siapapun, serta dengan alasan apapun itu. Meski memang terkadang tragedi itu nyata, tetapi bukan berarti media massa dan media sosial bebas seenak perutnya mempertontonkan ke hadapan publik karena berpotensi melahirkan teror-teror psikis serta merubah mainset, perspepsi, stigma dan paradigma orang lain.

Teror psikis tentu fatal akibatnya. Orang akan putusasa dalam menjalani kehidupan. Orang akan khawatir dan takut untuk melakukan suatu aktivitas kehidupan. Was-was takut kekerasan serupa menimpa dirinya. Lebih ngeri lagi, kalau sampai tertanam di dalam diri setiap individu sikap dan pandangan pesimis dan putusasa terhadap kehidupan. Ketika kedua ihwal itu sudah tertancap pada diri seseorang, niscaya orang lain tak percaya lagi pada kedamaian, ketentraman dan keamanan. Coba hitung, nyaris saban waktu media massa menyuguhkan pemberitaan tentang kekerasan dan pembunuhan, bahkan dengan bahasa-bahasa vulgar. Begitu pun media sosial, orang tanpa berpikir bijak terlebih dahulu seenaknya memposting gambar dan foto kekerasan dan pembunuhan dengan maksud dan tujuan tertentu.

Jelas, sikap ini salah, serta sulit untuk dibenarkan. Kesadaran ini penting dikampanyekan secara bersama-sama. Etika patut dijadikan sebagai panglima. Niat baik tidak melulu menghasilkan output yang baik pula. Sebab, lain orang lain pula isi kepalanya, sehingga menjadi pribadi yang bijak dan berkesadaran merupakan kunci utama dalam menjaga keberlangsungan hidup. Mungkin mereka hendak menjadikan kehidupan ini diisi oleh masyarakat yang pesimis dan putusasa, padahal kedua ihwal itu merupakan ancaman nyata bagi keberlangsungan hidup manusia. Bukan siapa yang menciptakan kengerian, kesadisan dan ketakutan melainkan manusia itu sendiri. Begitu pula tragedi-tragedi, manusialah aktor utamanya.
Disqus Comments