Wednesday, 24 October 2012

Gagasan Serius Konsep Pendidikan Karakter

          
            Berbicara mengenai pendidikan berarti membahas mengenai peradaban manusia. Dan pendidikan adalah gerbong peradaban suatu bangsa. Perkembangan pendidikan manusia akan berpengaruh terhadap dinamika sosial-budaya masyarakatnya. Karena pendidikan merupakan sebuah alat yang dapat dijadikan sebagai modal dasar untuk membangun sebuah bangsa. Tentu saja pendidikan tersebut bertujuan menciptakan kecerdasan serta membentuk karakter kepribadian individu yang berasaskan intelektualitas dan moralitas. Aristoteles seorang filsuf kuno berpendapat bahwa perbaikan masyarakat hanya dapat dilakukan dengan terlebih dahulu memperbaiki sistem pendidikan.
            Keberhasilan pendidikan tidak diukur hanya dengan fakta kemajuan dalam bentuk fisik, tapi menciptakan insan yang berkepribadian luhur merupakan tujuan utama penyelenggaraan pendidikan.  Lantas, bagaimanakah konsep pendidikan yang mampu menciptakan individu yang memiliki kepribadian luhur tersebut?
            Dapat dikatakan bahwa negeri ini tidak memiliki konsep permanen tentang pendidikan. Konsep pendidikan kita terus-menerus mengalami perubahan-perubahan yang disesuaikan dengan isu yang sedang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Semua kalangan menginginkan pendidikan mampu mencerdaskan anak bangsa dari kebodohan yang menyesatkan, tapi hanya sedikit dari kebanyakan mereka, bahkan nyaris tidak ada, yang berusaha merumuskan konsep pendidikan yang permanen. Konsep pendidikan kita dibatasi dengan logika positivistis dan empiristis atau kontekstualistis. Artinya,  konsep pendidikan yang digagas hanya untuk memperoleh prestasi dan mengikuti isu yang sedang berkembang di masyarakat.
            Ambil contoh misalnya, kita terlanjur latah mengukur kecerdasan anak didik dengan standar angka-angka. Kemudian, pada saat negeri ini sedang dirundung bencana alam, lantas muncul gagasan pendidikan ber-kurikulum tanggap bencana, ketika negeri ini dirundung kasus-kasus intoleransi antar sesama, lantas muncul gagasan pendidikan berbasiskan toleransi, pada saat negeri ini dirundung oleh sikap koruptif para petinggi negara serta tawuran antar siswa, lantas digagas pendidikan karakter, dan seterusnya.
            Perubahan-perubahan orientasi pendidikan yang penulis sebutkan di atas, sekurang-kurangnya menunjukan kepada kita bahwa di negeri ini tidak ada jenis konsep pendidikan yang permanen, dan akan terus mengalami perubahan sesuai dengan kondisi masyarakat. Benarkah konsep pendidikan kita harus seperti itu?
            Konsep pendidikan yang terakhir penulis sebutkan tampaknya adalah pilihan tepat jika mengacu pada definisi terminologis bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembalajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Oleh karena alasan inilah Soekarno dan Ki Hajar Dewantara pernah berpendapat bahwa hanya pendidikan yang dapat mengubah nasib suatu bangsa.
            Dengan demikian, berarti negeri ini sebenarnya sudah memiliki konsep pendidikan yang permanen. Namun, konsep pendidikan permanen yang telah dirumuskan sejak lama itu ternyata tidak terbaca, atau justru sengaja dilupakan dengan dalih perubahan zaman, sehingga berubah pula orientasi dan idealitasnya.
            Penerapan pendidikan karakter tampaknya adalah sebuah kebutuhan mendesak, mengingat negeri ini sudah terlalu lama merdeka. Sementara, selama kemerdekaan dari tangan penjajah itu telah diraih wajah pendidikan kita terus-menerus dirundung duka karena karut marutnya sistem pendidikan yang dikelola oleh pemerintah. Hasilnya, tidak pantas untuk dikatakan berhasil, karena pendidikan dari hari ke hari justru mengalami perubahan orientasi yang amat mencolok. Kita semua, termasuk para petinggi negara menyadari kondisi itu namun masih sulit untuk keluar dari keterpurukan. Selama ini, pendidikan kita tidak mampu dijadikan sebagai sebuah tradisi, malah justru brubah-ubah serta tidak menunjukan kemajuan yang signifikan.
            Harapan besar terletak pada gagasan tentang pendidikan karakter. Melalui gagasan ini, ke depan, wajah pendidikan diharapkan mengalami perubahan kepada yang lebih baik, tidak ada lagi tawuran antar siswa, tidak ada lagi kekerasan guru terhadap muridnya, tidak ada lagi tradisi menyontek saat ujian, tidak ada lagi klas di antara pelajar, tidak ada lagi anak putus sekolah, semua sama diarahkan menuju kepada tujuan yang sama, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Dan kecerdasan itu sekurang-kurangnya mencakup empat hal mendasar, yaitu kecerdasan kognitif, kecerdasan afektif, kecerdasan psikomotorik serta kecerdasan spiritual. Bukankah hal itu merupakan amanah serta tanggung jawab luhur bangsa ini?
            Terlepas dari hal itu, tentunya pendidikan bukanlah semata-mata tugas pemerintah. Tetapi pendidikan merupakan tugas kita semua. Orang tua bertugas membimbing serta mendidik anaknya, orang yang lebih tua mendidik yang lebih muda, sedangkan pemerintah juga dikenai kewajiban sama, yakni mendidik generasi bangsa ini melalui lembaga-lembaga pendidikan formal. Dengan begitu, pendidikan akan berkesinambungan serta saling sokong-menyokog antar berbagai pihak, dan proses ini akan terus berlangsung tiada henti, karena pendidikan merupakan tugas sejak lahir sampai mati.
Disqus Comments