Ketika Radikalisme
Masuk Kampus
Gerakan
radikalisme di Indonesia memang tidak terlepas dari sejarah. Sebab, mereka
sudah tumbuh serta berkembang sejak prakemerdekaan, dan hal yang lebih mengerikan
kini gerakan mereka dilakukan dengan cara pemaksaan. Mereka menculik satu
persatu generasi muda bangsa ini diteruskan dengan praktek pencucian otak,
lantas diisi oleh doktrin-doktrin dan dogma-dogma tertentu. Kasus terbaru ialah
hilangnya secara mendadak 11 mahasiswa di Malang dan penyekapan mahasiswa
Universitas Diponegoro Semarang. Sekilas, kejadian ini sangat mengerikan sebab
mahasiswa adalah kaum intelektual muda yang dipersiapkan untuk menjadi pemimpin
di masa mendatang.
Gerakan
radikal di Indonesia bukan lahir tanpa alasan. Mereka lahir dari
keterbelakangan serta karena merasa dirugikan oleh sistem lantas bangkit
melakukan perlawanan. Di samping itu mereka juga merasa telah diperlakukan
secara tidak adil serta terpinggirkan. Secara ekonomi pun mereka dirugikan.
Dalam kondisi seperti itulah gerakan kelompok radikal mencoba melakukan suatu
perlawanan dengan pemahaman serta doktrin yang mereka anggap sebagai solusi
untuk menjawab segala macam problem yang mereka hadapi.
Mengurai gerakan
kelompok radikal di Tanah Air memang bukan perkara mudah. Begitu pula membasmi
mereka bukanlah perkara gampang segampang membalik telapak tangan. Hal ini
dikarenakan mereka telah menciptakan semacam kelompok yang tersebar di
mana-mana, sehingga akan terasa sangat sulit mengindentifikasi satu persatu
keberadaan mereka. Terlebih, saat ini mereka seakan telah mengepakkan sayap ke
segala elemen masyarakat, dan salah satu tujuan utama mereka adalah elemen
mahasiswa yang dianggap mudah dimasuki. Apa lacur?
Salah satu tradisi
mahasiswa adalah mudah bergaul dengan siapapun. Pergaulan mereka luas. Di
samping itu, mahasiswa dianggap cukup potensial untuk direkrut menjadi anggota
kelompok yang mengendepankan ekslusivitas ini, karena sikap mahasiswa yang
cenderung tidak tertutup dengan pemikiran-pemikiran baru.
Untuk itu,
kewaspadaan patut digalakkan agar mahasiswa terhindar dari gerakan kelompok
radikal. Banyak cara yang dapat diupayakan dalam rangka membendung serta
menangkal agar gerakan kelompok radikal tidak merangsek ke kehidupan mahasiswa,
baik di kampus maupun di luar, tergatung sikap mahasiswa itu sendiri dan
diperkuat oleh kampus.
Pertama, pihak kampus harus
memiliki konsep pengajaran yang memasukkan kurikulum tentang gerakan radikal.
Dengan begitu, mahasiswa diberikan semacam penyadaran akan realitas
sosial-politik di negeri ini, terutama tentang wacana pluralisme dan
multikulturalisme.
Kedua, pihak kampus harus
bersinergi dengan organisasi kemahasiswaan, baik intra maupun ekstra kampus.
Sebab, mahasiswalah yang lebih memahami tentang kondisi kehidupan serta gerakan
mahasiswa di dalam kampus dan di luar kampus. Terlebih lagi, mahasiswa
kebanyakan adalah perantauan dari pulau seberang, sehingga, dirinya sendiri
serta temannyalah yang lebih mengetaui keseharian mahasiswa karena jauh dari
pengawasan orang tua.
Ketiga, pihak kampus harus
bersinergi dengan pemimpin daerah di mana kampus berdiri. Terutama
daerah-daerah yang banyak terdapat kampusnya. Sebab, radikalisme bukanlah
problem kampus dan mahasiswa semata, tapi lebih merupakan problem bersama,
bahkan problem nasional yang sampai saat ini masih dibicarakan di setiap sudut
dan forum-forum diskusi. Terlebih lagi, gerakan kaum radikal sudah tidak lagi
dilakukan secara sembunyi-sembunyi, dan untuk kesekian kalinya mahasiswa
menjadi sasaran utama mereka. Jika dahulu aliran sesat yang menggerogoti
mahasiswa, belakangan muncul gerakan kelompok radikal (teroris) yang menyelinap
di kalangan kaum intelektual muda itu.
Terlepas dari itu,
kampus memang bukanlah lembaga yang memiliki otoritas melarang aliran-aliran
atau paham-paham baru. Sebab, itu lebih merupakan tugas negara dan pemerintah.
Namun, kampus memiliki tanggung jawab moral untuk memberikan suatu penyadaran
kepada para generasi muda alias mahasiswa tentang aliran-aliran yang menyimpang
dan tidak diakui oleh negara. Maka, sudah sepantasnyalah jika kampus juga
memiliki peran serta tugas besar untuk menyelamatkan mahasiswa dari
gerakan-gerakan radikal, terlebih gerakan kelompok radikal kini justru membidik
mahasiswa untuk dijadikan generasi penerus mereka agar eksistensi mereka tetap
terjaga dan terus melakukan perlawanan-perlawaan sekaligus menyebarkan ideologi
yang mereka anggap benar kepada mahasiswa lain, sehingga mereka mendapatkan
pengikut yang semakin banyak.