Wednesday, 24 October 2012


Ketika Radikalisme Masuk Kampus

                       
            Gerakan radikalisme di Indonesia memang tidak terlepas dari sejarah. Sebab, mereka sudah tumbuh serta berkembang sejak prakemerdekaan, dan hal yang lebih mengerikan kini gerakan mereka dilakukan dengan cara pemaksaan. Mereka menculik satu persatu generasi muda bangsa ini diteruskan dengan praktek pencucian otak, lantas diisi oleh doktrin-doktrin dan dogma-dogma tertentu. Kasus terbaru ialah hilangnya secara mendadak 11 mahasiswa di Malang dan penyekapan mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang. Sekilas, kejadian ini sangat mengerikan sebab mahasiswa adalah kaum intelektual muda yang dipersiapkan untuk menjadi pemimpin di masa mendatang.
            Gerakan radikal di Indonesia bukan lahir tanpa alasan. Mereka lahir dari keterbelakangan serta karena merasa dirugikan oleh sistem lantas bangkit melakukan perlawanan. Di samping itu mereka juga merasa telah diperlakukan secara tidak adil serta terpinggirkan. Secara ekonomi pun mereka dirugikan. Dalam kondisi seperti itulah gerakan kelompok radikal mencoba melakukan suatu perlawanan dengan pemahaman serta doktrin yang mereka anggap sebagai solusi untuk menjawab segala macam problem yang mereka hadapi.
Mengurai gerakan kelompok radikal di Tanah Air memang bukan perkara mudah. Begitu pula membasmi mereka bukanlah perkara gampang segampang membalik telapak tangan. Hal ini dikarenakan mereka telah menciptakan semacam kelompok yang tersebar di mana-mana, sehingga akan terasa sangat sulit mengindentifikasi satu persatu keberadaan mereka. Terlebih, saat ini mereka seakan telah mengepakkan sayap ke segala elemen masyarakat, dan salah satu tujuan utama mereka adalah elemen mahasiswa yang dianggap mudah dimasuki. Apa lacur?
Salah satu tradisi mahasiswa adalah mudah bergaul dengan siapapun. Pergaulan mereka luas. Di samping itu, mahasiswa dianggap cukup potensial untuk direkrut menjadi anggota kelompok yang mengendepankan ekslusivitas ini, karena sikap mahasiswa yang cenderung tidak tertutup dengan pemikiran-pemikiran baru.
Untuk itu, kewaspadaan patut digalakkan agar mahasiswa terhindar dari gerakan kelompok radikal. Banyak cara yang dapat diupayakan dalam rangka membendung serta menangkal agar gerakan kelompok radikal tidak merangsek ke kehidupan mahasiswa, baik di kampus maupun di luar, tergatung sikap mahasiswa itu sendiri dan diperkuat oleh kampus.
Pertama, pihak kampus harus memiliki konsep pengajaran yang memasukkan kurikulum tentang gerakan radikal. Dengan begitu, mahasiswa diberikan semacam penyadaran akan realitas sosial-politik di negeri ini, terutama tentang wacana pluralisme dan multikulturalisme.
Kedua, pihak kampus harus bersinergi dengan organisasi kemahasiswaan, baik intra maupun ekstra kampus. Sebab, mahasiswalah yang lebih memahami tentang kondisi kehidupan serta gerakan mahasiswa di dalam kampus dan di luar kampus. Terlebih lagi, mahasiswa kebanyakan adalah perantauan dari pulau seberang, sehingga, dirinya sendiri serta temannyalah yang lebih mengetaui keseharian mahasiswa karena jauh dari pengawasan orang tua.
Ketiga, pihak kampus harus bersinergi dengan pemimpin daerah di mana kampus berdiri. Terutama daerah-daerah yang banyak terdapat kampusnya. Sebab, radikalisme bukanlah problem kampus dan mahasiswa semata, tapi lebih merupakan problem bersama, bahkan problem nasional yang sampai saat ini masih dibicarakan di setiap sudut dan forum-forum diskusi. Terlebih lagi, gerakan kaum radikal sudah tidak lagi dilakukan secara sembunyi-sembunyi, dan untuk kesekian kalinya mahasiswa menjadi sasaran utama mereka. Jika dahulu aliran sesat yang menggerogoti mahasiswa, belakangan muncul gerakan kelompok radikal (teroris) yang menyelinap di kalangan kaum intelektual muda itu.
Terlepas dari itu, kampus memang bukanlah lembaga yang memiliki otoritas melarang aliran-aliran atau paham-paham baru. Sebab, itu lebih merupakan tugas negara dan pemerintah. Namun, kampus memiliki tanggung jawab moral untuk memberikan suatu penyadaran kepada para generasi muda alias mahasiswa tentang aliran-aliran yang menyimpang dan tidak diakui oleh negara. Maka, sudah sepantasnyalah jika kampus juga memiliki peran serta tugas besar untuk menyelamatkan mahasiswa dari gerakan-gerakan radikal, terlebih gerakan kelompok radikal kini justru membidik mahasiswa untuk dijadikan generasi penerus mereka agar eksistensi mereka tetap terjaga dan terus melakukan perlawanan-perlawaan sekaligus menyebarkan ideologi yang mereka anggap benar kepada mahasiswa lain, sehingga mereka mendapatkan pengikut yang semakin banyak.
Disqus Comments