Pertanyaan Buat Sri Mulyani
Bila tak ada aral melintang, awal bulan Juni tahun ini Sri Mulyani akan menempati kantor baru. Posisi baru sebagai pejabat dunia. Jabatan menteri keuangan yang diembannya dalam kabinet Indonesia Bersatu SBY jilid II akan segera ditinggalkan dengan senang hati. Ia akan go international untuk menempati posisi strategis serta jabatan bergengsi dalam struktur kerja bank dunia (world bank) sebagai direktur pelaksana persis berada di bawah posisi presiden bank ternama di jagad raya itu. Dan secara otomatis ia akan berkantor di Washington DC, Amerika Serikat, tidak lagi di Indonesia yang amat panas suhu politiknya terkait skandal bank Century dan isu lain.
Sejak bergulirnya pengusutan bail out bank Century sebesar Rp 6,7 triliun, posisi Sri Mulyani sebagai menteri keuangan seakan terancam. Suatu kekuatan politik yang nyaris tidak pernah terpikirkan di benak Sri sehingga membuat dirinya merasa gerah. Bahkan hingga saat ini, proses penyidikan bail out Century, satu kebijakannya sebagai ketua KSSK bersama eks gubernur BI saat itu, Boediono masih terus bergulir meminta rasionalisasi serta pertanggungjawaban terhadap kebijakan pengucuran itu. Proses pengusutan terus dilakukan pasca hak angket DPR yang difinalkan pada sidang paripurna yang secara voting mayoritas fraksi menyalahkan kebijakan itu. Sidang paripurna DPR terkait skandal Century menjadi alat serta legitimasi politik untuk mengejar Sri Mulyani dan wakil presiden Boediono. Posisi keduanya sebagai pejabat penting negara pun kian hari semakin terancam, terlebih keputusan sidang paripurna DPR menuai dukungan dari masyarakat. Kedua kekuatan ini sungguh amat sangat sulit untuk dihindari kedua pejabat negara tersebut, hingga muncul wacana pemakzulan membuat ketar-ketir.
Sebagai pribadi yang professional tentu saja jabatan baru Sri Mulyani di Bank dunia adalah posisi yang prestisius dan sebuah prestasi. Selain sebagai bentuk aktualisasi diri yang di dalam hirarki kebutuhan dasar manusia Abraham Maslow dinyatakan sebagai kebutuhan tertinggi dalam kehidupan seorang individu. Begitu pula David McClelland menyatakan bahwa kebutuhan dasar manusia ialah menggapai sebuah prestasi. Oleh karenanya, secara manusiawi, lebih-lebih sebagai pribadi yang professional posisi yang ditawarkan presiden bank dunia kepada Sri Mulyani agak sulit untuk ditolak begitu saja, karena kesempatan belum tentu datang keduakalinya seumur hidup.
Undang pertanyaan dan perdebatan
Namun persoalan kemudian yang muncul ke permukaan bahwa Sri Mulyani saat ini menjabat sebagai menteri keuangan Indonesia. Dalam arti sederhananya, Sri adalah seorang pejabat negara yang memegang jabatan amat vital bagi Indonesia. Lantas, skandal bank Century yang melibatkan dirinya belumlah tuntas dijawab. Dan, reshuffle kabinet SBY jili II juga tak kunjung atau tidak akan pernah terjadi. Celakanya, pinangan bank dunia kepada Sri dapat dikatakan terjadi pada waktu yang kurang tepat. Tanpa bermaksud menyalahkan pihak bank dunia, seharusnya mereka terlebih dahulu memahami situasi politik yang sedang berkembang di Indonesia sebelum kemudian meminang Sri Mulyani, setidaknya hal ini dimaksudkan agar kesan intervensi bank dunia terhadap perpolitikan nasional tidak begitu kentara dan terlihat blak-blakan. Meskipun sebenarnya, masyarakat Indonesia telah cukup memahami bahwa intervensi asing di dalam seluruh lini kehidupan negeri ini, termasuk dalam wilayah perpolitikan, adalah sudah menjadi rahasia umum. Tapi, inilah yang kemudian menimbulkan persoalan yang akan semakin menggurita.
Kepergian Sri Mulyani bukan malah meredam masalah. Tapi, justru semakin memperkeruh masalah itu sendiri. Sebab, secara eksplisit dari sini tampak jelas betapa bank dunia telah terlalu jauh campur tangan terhadap segala persoalan yang terjadi di negeri ini, tanpa mau tahu serta menimbang-nimbang. Pandangan seperti ini akhirnya melahirkan suatu analisis bahwa SBY sengaja merestui Sri Mulyani keluar dari Indonesia untuk meredam situasi perpolitikan nasional yang mendidih setelah hak angket DPR terkait skandal bank Century yang secara tidak langsung target tembaknya mengarah kepada dirinya. Karena pada saat proses bail out SBY berada di posisi presiden yang juga menyetujui kebijakan KSSK dan BI mengucurkan dana talangan itu. Dalam konteks ini, kepergian Sri Mulyani sungguh sangat disayangkan sebagai warga negara yang sadar serta patuh terhadap hukum.
Suatu kebanggaan?
Beberapa kalangan mengapresiasi sekaligus bangga atas terpilihnya Sri Mulyani sebagai direktur pelaksana pada bank dunia. Hal itu dianggap sebuah prestasi anak bangsa yang berhasil memperoleh kepercayaan dunia. Nalar bangsa ini masih berkubang pada ketergantungan berlebihan terhadap sesuatu yang dianggap sebagai penghormatan dunia atas sebuah prestasi, meski kita secara sadar memahami bahwa sebuah prestasi terkadang subjektif dan manipulatif. Saya memberanikan diri berkata demikian karena sejatinya orang-orang cerdas dan pintar, bahkan professional sekalipun tidaklah hanya Sri Mulyani seorang di negeri ini. Hanya saja, karena Sri Mulyani begitu akrab berhubungan dengan para petinggi bank dunia, bahkan ia pernah menjabat sebagai direktur eksekutif IMF untuk kawasan Asia, maka menjadi lumrah bila kemudian mereka melirik Sri. Banyak faktor yang menyebabkan kedekatan emosional Sri dengan mereka, dan boleh jadi karena faktor kesamaan mazhab dan ideologi tertentu terutama berkaitan dengan dunia perekonomian. Dalam konteks ini patutlah kiranya kebanggaan dipertanyakan.
Kepergian Sri Mulyani sebuah keuntungan atau kerugian bagi bangsa ini? Dalam konteks pribadinya sebagai professional bolehlah kita merasa bangga tapi bukan dalam kapasitas yang berlebih-lebihan. Mengingat posisi itu amat prestisius. Sehingga, dalam kadar tertentu posisi yang diperoleh Sri Mulyani di bank dunia menunjukan kepercayaan serius terhadap kemampuan serta kapasitas dirinya yang memang jarang atau langka untuk tak dikatakan sulit direngkuh. Dan itu adalah sebuah keuntungan tersendiri bagi Sri Mulyani.
Namun, jika kepergian Sri Mulyani menduduki posisi di bank dunia adalah sebagai perwakilan Indonesia dan representasi seluruh rakyat negeri ini serta atas rekomendasi pemerintah maka itu menjadi sebuah pertanyaan selanjutnya. Apa lacur? Jika kepergian Sri membawa nama Indonesia sebagai perwakilan atas rekomendasi tersebut, rakyat tentu ingin tahu apa kepentingan Indonesia terhadap bank dunia. Agar dipermudah mengutang? Menawarkan lahan untuk ditanami modal? Atau agar bank dunia mudah campur tangan dan intervensi terhadap persoalan-persoalan di negeri ini?
Andaikan Sri Mulyani mau mengaku sebagai warga negara Indonesia yang cinta terhadap negeri sendiri dan mencurahkan perhatian serta kemampuannya untuk membangun bangsa ini tentu itu lebih baik. Dan adapun persoalan bail outCentury, jika keputusannya buruk maka itu adalah bentuk kosekuensi logis karena kebenaran itu memang subjektif. Namun sungguh disayangkan, Sri Mulyani sebagai generasi bangsa dan anak kandung negeri ini tampaknya menutup mata dan ingkar kepada Ibu Pertiwi. Tapi apabila Sri mengakui bahwa dirinya anak bangsa ini, tentu ia akan sadar diri untuk kemudian berdiri tegak dengan segala kemampuan dan kualitas dirinya. Dan andaikata dia menjawab, “saya terpaksa meninggalkan Indonesia”, maka SBY-lah yang telah mengusirnya dari negeri Ibu Pertiwinya. Ada apa dengan Sri Mulyani? Jangan-jangan SBY telah sengaja mengusir Sri Mulyani? Wallahu a’lam bish-showab