Thursday, 25 October 2012

Ramadhan Bulan Kemerdekaan

Ramadhan Bulan Kemerdekaan

Hasil sidang itsbat selasa lalu (10/8) menetapkan ramadhan jatuh pada tanggal 11 agustus tahun ini. Semakin tahun ramadhan tampak kian maju. Dan tahun ini, ramadhan dalam konteks negeri ini bertepatan dengan peringatan hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia, yang berarti kemerdekaan kita telah menginjak usia setengah abad lebih. Pertanyaan yang kerap kali muncul, benarkah kita telah mer*/deka seutuhnya?

Mengingat kembali sejarah di masa silam, terutama sejarah perjuangan islam, di mana keberkahan serta kemenangan justru banyak dicapai umat islam di bulan ramadhan. Salah satu kemenangan paling gemilang ialah pada perang Badar (ghazwah badr Kubra) tepat pada tanggal 17 Ramadhan tahun 2 Hijriah. Kemenangan berikutnya yang lahir di bulan ramadhan ialah keberhasilan Rasululla SAW bersama kaum muslimin menaklukkan kota Mekkah, peristiwa ini kita kenal dengan Fathu Makkah.

Berikutnya kemenangan kaum muslimin dalam sebuah peperangan dahsyat yang dipimpin oleh Saifuddin Qutuz melawan balatentara Tartar, yakni perang Ainjalut pada 25 Ramadhan 658 Hijriah. Kemenangan seperti itu ternyata berlanjut hingga ke negeri ini, di mana dalam bulan ramadhan, pada tanggal 17 agustus 1945 yang merupakan hari deklarasi kemerdekaan Indonesia bertepatan dengan tanggal 9 ramadhan 1364 hijriah.

Setidaknya, ramadhan tahun ini yang jatuh pada bulan kemerdekaan Indonesia membuka mata kita kepada sejarah gemilang di masa silam. Deklarasi kemerdekaan yang digaungkan oleh Bung Karno dan Hatta kita nikmati hingga kini, di mana penjajahan serta perbudakan di negeri ini telah terhapuskan setelah diproklamirkannya kemerdekaan 65 tahun silam. Sebuah momentum sejarah yang tak akan pernah terlintas atau terlupakan di dalam memori kolektif rakyat Indonesia, karena tiap tahun diperingati sebagai ungkapan rasa terima kasih, penghormatan, serta penghargaan kita kepada para pejuang kemerdekaan tempo dulu, dan tak lupa pula sebagai ungkapan rasa syukur kita kepada Sang Pemberi kemenangan, Tuhan Yang Maha Esa, karena tanpa pertolongan serta izin-Nya tentu kemerdekaan tak mungkin kita gapai.

Tinggal sejarah

Dalam kondisi berpuasa boleh sekiranya kita sedikit mengelus dada tatkala mengingat kembali kegemilangan yang telah diperjuangkan di masa silam justru yang terjadi malah sebaliknya di masa kini. Di negeri ini, kini, sedang tenggelam serta terjerumus ke dalam kubangan persoalan yang multidimensi. Mulai dari korupsi, suap-menyuap, mafia kasus, terorisme, kenaikan sembako, teror bom tabung elpiji, kenaikan TDL, kisruh suporter sepak bola, serta kasus lainnya sedang menggerogoti spirit kemerdekaan kita. Belum lagi persoalan para petinggi negeri ini yang tidak sama sekali menunjukkan uswatun hasanahkepada publik atau masyarakat, yang mereka pertontonkan justru mental kambing, suka bermalas-malasan, menunjukkan ketidakseriusannya memikul tanggung jawab serta amanah rakyat untuk mengurusi bangsa ini.

Realitas itu mengindikasikan kegemilangan yang pernah ditorehkan di dalam tinta emas sejarah Indonesia kelak hanya akan menjadi kisah dalam dongeng belaka. Seakan tak tersirat sebuah pesan serta spirit perjuangan di sana. Padahal, spirit perjuangan untuk sebuah kemerdekaan hakiki sudah sepatutnya bersemayam di dalam hati dan pikiran mereka (baca: pejabat negara), juga kita, di hari ini. Para faunding fathers kita dulu mencita-citakan kemerdekaan hakki tersebut, hal itu karena mereka adalah barisan para negarawan sejati, dan negeri membutuhkan negarawan, bukan deretan politisi yang gemar mengumbar janji serta sibuk mencitrakan diri atau mencari popularitas semata.

Untuk itu, bulan ramadhan harus dijadikan sebagai momentum refleksi diri. Mengingat kembali memori kita pada sejarah gemilang di masa perjuangan kemerdekaan. Taufik Ismail pernah menyatakan bahwa fungsi sejarah ialah sebagai rekreasi, hiburan yang segara di saat istirahat, dan sejarah juga untuk dikenang serta diteladani. Bulan ramadhan mengabadikan peristiwa-peristiwa atau sejarah besar yang pernah terjadi di masa lampau. Inilah salah satu tanda bukti riil betapa mulia serta terhormatnya bulan suci ini, dan juga telah membawa atau memberikan berkah berupa kemenangan serta kegemilangan yang pernah digapai serta dicapai, bahkan kemenangan yang sempurna.

Setiap individu pasti akan merasakan kepuasan serta kegembiraan setelah melaksanakan dengan penuh dan sungguh-sungguh ibadah puasa selama ramadhan. Sebulan penuh seseorang wajib berjuang dengan penuh kegigihan untuk meninggalkan perkara dosa, kejahatan, kemaksiatan, serta aktivitas-aktivitas yang sekiranya tak memberikan manfaat bagi diri dan lingkungan sosial. Perjuangan itu terbayar kontan nanti tatkala hari kemenangan itu tiba waktunya, yakni hari raya lebaran atau aidul fitri. Hari raya lebaran juga biasa disebut dengan hari kemenangan sebagai tanda keberhasilan seseorang melawan syaitan yang senantiasa menyesatkan manusia selama hidup, tak terkecuali di bulan ramadhan meskipun dikatakan bahwa syaitan dibelenggu selama ramadhan, tapi antek-antek syaitan dalam bentuk lain senyatanya tetap ada di sekeliling kita.

Sedikit-banyak, begitu pula harapan besar kita kepada bangsa ini. Setelah ramadhan dijadikan sebagai wahana mengingat memori sejarah gemilang kita masa lalu, untuk selanjutnya kemerdekaan Indonesia yang segera diperingati harus mampu mengikuti spirit ramadhan. Karena kemerdekaan yang sesungguhnya merupakan cita-cita besar kita selama ini, dan sudah sekian lama jadi impian publik negeri, yakni kemerdekaan dari kemiskinan, kemerdekaan dari korupsi, kemerdekaan dari kenaikan harga kebutuhan hidup, kemerdekaan dari teror para terorisme, kemerdekaan dari teror maut tabung gas elpiji, serta kemerdekaan lainnya.
Disqus Comments