Wednesday, 24 October 2012

Ruhut dan Potret Kesombongan


PERSOALAN etika berkaitan dengan moralitas individu. Perilaku serta ucapan individu menunjukkan kepribadiannya. Salah satu faktor utama harmonisnya kehidupan manusia di muka bumi ditentukan oleh etika terhadap sesama dalam konteks makhluk sosial.
 
Etika melingkupi dua hal mendasar, yakni sikap dan bicara. Kedua hal tersebut merupakan kunci keberlangsungan kehidupan sosial manusia karena dilandasi oleh rasa hormat dan saling menghargai satu sama lain meskipun dilingkari berbagai bentuk perbedaan. Sedang perbedaan lebih merupakan rahmat dan anugerah Tuhan.
 
Pengetahuan serta pengalaman secara esensial memberikan sebuah pelajaran penting bagi keberadaan manusia, termasuk bagaimana beretika baik. Dan etika baik dapat menghantarkan individu kepada kedudukan mulia di hadapan Tuhan, apalagi manusia.
 
Sebaliknya, etika buruk justru membuat individu memperoleh nilai rendah bahkan hina di mata manusia, dan kemurkaan Tuhan pantas dialamatkan kepadanya.
 
Kesombongan terkadang bisa menjadi penyakit menular. Meski kesombongan lebih merupakan persoalan yang muncul dari internal individu karena merasa diri paling unggul dalam segala hal. Terkadang juga, kesombongan terjadi karena individu merasa diri unggul dan memiliki kelebihan tertentu, baik berupa harta benda maupun hal lain jika dibandingkan dengan orang sekitar. Dikatakan menular karena kesombongan terjadi bisa jadi ditimulasi oleh faktor eksternal individu setelah mengetahui sikap berlebihan yang mengarah kepada perbuatan berbangga diri. Kesimpulannya, kesombongan adalah penyakit.
 
Kesombongan Ruhut
Mengamati sikap salah satu anggota pansus Century, Ruhut Sitompul cenderung sudah mengarah kepada perbuatan sombong. Beberapa pernyataannya mengandung unsur membanggakan diri karena merasa memiliki pendukung, pejabat negara, bahkan karena berada di dalam sebuah partai politik pemenang pemilu legislatif maupun eksekutif (presiden).
 
Hal ini dapat kita saksikan dengan mata telanjang di layar televisi tiap kali sidang pansus digelar. Interupsi, intrikan, merendahkan hingga teriakan keras bernada emosional menggema di dalam ruangan terbuka panitia khusus penangan kasus Bank Century. Sebuah pemandangan paradoksal merusak citra DPR di mata rakyat, sehingga pantaslah Al-marhum Gus Dur menyebut lembaga legislatif sebagai taman kanak-kanak (TK).
 
Celakanya, sikap emosional tidak bermutu yang ditunjukkan Poltak membuat anggota pansus lain terkena getahnya. Kritik keras masyarakat terhadap etika pansus, bahkan presiden nyatanya tidak digubris Ruhut Sitompul.
 
Padahal ia telah melakukan dua ulah tak senonoh di dalam sidang pansus. Ketidaksenonohan ulah Ruhut dimulai ketika terjadi adu mulut dengan Gayus Lumbun, wakil ketua pansus Century. Di hadapan seluruh rakyat negeri ini melalui media elektronik.
 
Sebab sidang pansus disiarkan langsung, Ruhut berteriak dengan penuh emosional mengeluarkan kata (maaf) bangsat yang dialamatkan kepada Gayus. Kata tersebut sungguh arogan, tendensius, dan sangat jauh dari etika serta moralitas manusa.
 
Kritik bertaburan dari masyarakat ternyata tak meyurutkan sikap emosional Ruhut Sitompul. Rasa- rasanya belum kering air liur hasil teriakan kepada Gayus Lumbun, kini Ruhut mencari masalah baru dengan Maruarar Sirait setelah sebelumnya ia mencoba menghardik Jusuf Kalla.
 
Ruhut Poltak Sitompul beberapa hari lalu ketika mendengarkan kesaksian Susno Duaji kembali terlibat adu mulut dengan salah satu penggagas hak angket bank century.
 
Ruhut berkoar dengan sengaja bermaksud menyulut emosi Ara dengan ungkapan sindiran yang sebenarnya ditujukan kepada salah satu penggagas hak angket century tersebut dengan kalimat berani berkata-kata tetapi tidak berani bertanggung jawab.
 
Dan dengan nada berbau angkuh Ruhut berucap jadi, karena fakta-fakta, teman-teman jangan berpolitik, saya sudah pengalaman 30 tahun dihukum.
 
Sikap Partai
Di tengah derasnya kucuran kritik masyarakat, bahkan sebagian anggota pansus, Ruhut justru tidak pernah merasa risau dengan sikapnya selama menjadi anggota pansus.
 
Ruhut berujar, Lawan saya pasti menganggap saya pencari onar. Tetapi, para pendukung saya akan menilai bahwa saya hebat dan mereka semua mendukungnya. Ini adalah potret pemimpin yang anti terhadap kritik dan cenderung menganggap diri paling benar.
 
Dalam kondisi seperti ini, kita patut bertanya secara terbuka kepada petinggi Partai Demokrat. Ruhut adalah perwakilan PDdi DPR. Mengapa Ruhut masih dipertahankan sebagai anggota pansus Bank Century?
 
Padahal, kontribusinya dalam proses sidang menghadirkan beberapa tokoh bisa dikatakan minus, dan yang sering terlihat serta terdengar hanyalah interupsi demi interupsi belaka.
 
Jika memang terpaksa dipertahankan, setidaknya ada upaya teguran dari pihak partai terhadap keonaran Ruhut. Tetapi, nampaknya tidak ada keinginan partai menegur politisi mantan advokat ini, karena perilakunya tidak menunjukan perubahan dan konsisten pada sikap arogansi.
 
Padahal, andaikan mau jujur, sikap, perilaku dan koar Ruhut dalam sidang pansus justru akan semakin meruntuhkan citra serta reputasi PD di mata publik.
 
Sebab, tontonan yang dilakoni Ruhut menyuguhkan suatu indikasi sikap sentimen politik terhadap para perwakilan parpol lain, terutama fraksi PDI-P (Maruarar Sirait dan Gayus Lumbun)
Disqus Comments