Modal
Keyakinan
Manusia pasti meninggalkan jejak
Karena kodrat itu aku putuskan
melangkah
Sejak tahun itu hingga kini, aku masih
di sini, dan mungkin akan tetap di sini
Kata ulama, menuntut ilmu adalah jihad
Dan jikapun aku harus mati, maka surga
telah menanti raga serta jiwaku
Sebab aku pergi bukan tanpa restu ibu,
malah justru beliau yang mendorong kakiku
Aku pun tak perlu pikir panjang, ku
langkahkan kaki menuju pulau jawa, sebuah pulau yang telah terlebih dahulu maju
daripada pulau kelahiranku ini
Aku hanya berbekal keyakinan teguh itu
saja, tak lebih
Ibu tak punya banyak uang......
Di
Tengah Hamparan Lautan
Pelabuhan itu, Pontianak tahun 2001
Tahun reformasi, sebuah era yang
digaungkan kaum pelajar, mahasiswa
Aku mulai menyeberang lautan bersama
kapal laut menaklukkan ganas gelombang
Suasana laut di malam hari memang
indah
Matahari terlihat tenggelam di relung
laut seiring hari yang berpulang ke arah barat
Dua malam aku menyaksikan matahari
yang begitu
Ratusan, bahkan ribuan penumpang kapal
sebesar ini, pikirku, termasuk aku sendiri, seakan sedang bertaruh nyawa di
tengah-tengah lautan nan sepi tanpa sesiapa dalam hamparan luas yang tak
berujung ini, samudra
Seraya menyebut nama Tuhan, aku
bersaksi dunia ini sungguh indah, dan sempurna, setidaknya terlihat dari
sebelah lautan ini
Tuhan memang adil, ungkapku dalam
hati. Lautan seluas ini hanya Ia ciptakan untuk makhlukNya
Lalu, bukti mana lagi yang hendak kita
dustakan?
Maha Suci Tuhan dengan Segala
Tanda-Tanda KebesaranNya, aku tenggelam dalam persaksianku
Pelabuhan
lagi
Tanjung Emas, Semarang , 21 Mei 2001,
Kapalpun berlabuh
Pertama kali aku menginjakkan kaki di
tanah Jawa
Agak terheran-heran memang, beda jauh
dari tanah kelahiranku, gumamku dalam hati
Ini mungkin yang disebut-sebut orang
simbol kemodernan, pikirku
Bangunan pencakar langit menjulang
tinggi menantang langit penuh kesombongan
Menuntut ilmu
Sudah aku mantapkan
azamku sejak awal kaki melangkah meninggalkan rumah, aku ini mau mencari ilmu
Doa pun telah
aku sematkan dalam rongga dada
Sejak itu pula
aku mencium tangan ibu seraya meminta restu
Dan kini aku
telah sampai pada tujuanku
Di penghujung
tahun akhir kalender bangsa Maya, aku pun memperoleh tanda kehormatan, simbol kepemilikan
ilmu, toga.!!
Pikirku, apa
hanya demi secarik kertas ini aku jauh-jauh melangkahkan kaki meninggalkan
rumah sejak 13 tahun silam?
Aku tak
percaya, tapi inilah yang tersisa dari pencarianku
Cinta aku tak
berpunya, apalagi harta benda
Iya, hanya
secarik kertas bernama ijasah ini
Dalam relung
hati aku berdoa, semoga kertas ini adalah lembaran suci untuk menjawab masa
depan. Huuh..!!!Pesimis..!!
Bukan Bang Toyib..!!!
Yogyakarta, 12
Desember 2012, aku masih bertahan
Seingatku, aku
memang jarang pulang ke kampung halaman sejak 13 tahun terakhir
Rasa rindu
memang tak ada batasnya, itu perasaan yang sering mengoyak jiwa
Rindu akan kampung
halaman, Mandar Indah, Melawi
Tiap kali
lebaran tiba, aromanya datang sungguh-sungguh menggoda sekaligus menyesakkan
jiwa
Aku tak bisa
pulang..!!!!! Bukan salah siapa, dan bukan pula karena durhaka..!!
Aku ini selalu
berusaha dan berupaya mencari jati diri
Kalau bukan
diri kita, lantas siapa lagi yang akan menemukan diri kita sendiri?
Setidaknya,
aku ingin menemukannya di tanah rantau nan sesak dalam keramaian manusia ini,
kota.!
Kota yang
menjadi saksi hidup dan pencarian jati diriku
Dan kini, aku
mulai sadar, betapa beratnya tuk tinggalkan kota tua ini
Setidak-tidaknya
aku mulai merasa betapa kultur budayanya telah melekat dalam diri
Aku telah
terjerembab menjadi bagian hiruk pikuk kehidupannya
Ia adalah
nafas hidup bagiku, bagian dari kedirianku, bagian dari penggalan-penggalan
cita, cinta serta asaku
Aaaaakh,,,!!! Sergahan
hatiku, aku telah terjebak dalam rantauanku sendiri
Hingga kini,
aku merasa semakin sulit saja tuk mengangkatkan kaki, padahal tak ada apa dan
siapa, kecuali jiwa yang terasa telah besatu-padu dalam kerumunan kesibukan
manusia
Aku ingin
pulang..!!!!!
Yogyakarta, 15
Desember 2012, dalam igauanku..!!