Sunday, 16 December 2012

Rantau Tak Berujung


Modal Keyakinan
Manusia pasti meninggalkan jejak
Karena kodrat itu aku putuskan melangkah
Sejak tahun itu hingga kini, aku masih di sini, dan mungkin akan tetap di sini
Kata ulama, menuntut ilmu adalah jihad
Dan jikapun aku harus mati, maka surga telah menanti raga serta jiwaku
Sebab aku pergi bukan tanpa restu ibu, malah justru beliau yang mendorong kakiku
Aku pun tak perlu pikir panjang, ku langkahkan kaki menuju pulau jawa, sebuah pulau yang telah terlebih dahulu maju daripada pulau kelahiranku ini
Aku hanya berbekal keyakinan teguh itu saja, tak lebih
Ibu tak punya banyak uang......

Di Tengah Hamparan Lautan
Pelabuhan itu, Pontianak tahun 2001
Tahun reformasi, sebuah era yang digaungkan kaum pelajar, mahasiswa
Aku mulai menyeberang lautan bersama kapal laut menaklukkan ganas gelombang
Suasana laut di malam hari memang indah
Matahari terlihat tenggelam di relung laut seiring hari yang berpulang ke arah barat
Dua malam aku menyaksikan matahari yang begitu
Ratusan, bahkan ribuan penumpang kapal sebesar ini, pikirku, termasuk aku sendiri, seakan sedang bertaruh nyawa di tengah-tengah lautan nan sepi tanpa sesiapa dalam hamparan luas yang tak berujung ini, samudra
Seraya menyebut nama Tuhan, aku bersaksi dunia ini sungguh indah, dan sempurna, setidaknya terlihat dari sebelah lautan ini
Tuhan memang adil, ungkapku dalam hati. Lautan seluas ini hanya Ia ciptakan untuk makhlukNya
Lalu, bukti mana lagi yang hendak kita dustakan?
Maha Suci Tuhan dengan Segala Tanda-Tanda KebesaranNya, aku tenggelam dalam persaksianku

Pelabuhan lagi
Tanjung Emas, Semarang , 21 Mei 2001, Kapalpun berlabuh
Pertama kali aku menginjakkan kaki di tanah Jawa
Agak terheran-heran memang, beda jauh dari tanah kelahiranku, gumamku dalam hati
Ini mungkin yang disebut-sebut orang simbol kemodernan, pikirku
Bangunan pencakar langit menjulang tinggi menantang langit penuh kesombongan

Menuntut ilmu
Sudah aku mantapkan azamku sejak awal kaki melangkah meninggalkan rumah, aku ini mau mencari ilmu
Doa pun telah aku sematkan dalam rongga dada
Sejak itu pula aku mencium tangan ibu seraya meminta restu
Dan kini aku telah sampai pada tujuanku
Di penghujung tahun akhir kalender bangsa Maya, aku pun memperoleh tanda kehormatan, simbol kepemilikan ilmu, toga.!!
Pikirku, apa hanya demi secarik kertas ini aku jauh-jauh melangkahkan kaki meninggalkan rumah sejak 13 tahun silam?
Aku tak percaya, tapi inilah yang tersisa dari pencarianku
Cinta aku tak berpunya, apalagi harta benda
Iya, hanya secarik kertas bernama ijasah ini
Dalam relung hati aku berdoa, semoga kertas ini adalah lembaran suci untuk menjawab masa depan. Huuh..!!!Pesimis..!!

Bukan Bang Toyib..!!!
Yogyakarta, 12 Desember 2012, aku masih bertahan
Seingatku, aku memang jarang pulang ke kampung halaman sejak 13 tahun terakhir
Rasa rindu memang tak ada batasnya, itu perasaan yang sering mengoyak jiwa
Rindu akan kampung halaman, Mandar Indah, Melawi
Tiap kali lebaran tiba, aromanya datang sungguh-sungguh menggoda sekaligus menyesakkan jiwa
Aku tak bisa pulang..!!!!! Bukan salah siapa, dan bukan pula karena durhaka..!!
Aku ini selalu berusaha dan berupaya mencari jati diri
Kalau bukan diri kita, lantas siapa lagi yang akan menemukan diri kita sendiri?
Setidaknya, aku ingin menemukannya di tanah rantau nan sesak dalam keramaian manusia ini, kota.!
Kota yang menjadi saksi hidup dan pencarian jati diriku
Dan kini, aku mulai sadar, betapa beratnya tuk tinggalkan kota tua ini
Setidak-tidaknya aku mulai merasa betapa kultur budayanya telah melekat dalam diri
Aku telah terjerembab menjadi bagian hiruk pikuk kehidupannya
Ia adalah nafas hidup bagiku, bagian dari kedirianku, bagian dari penggalan-penggalan cita, cinta serta asaku
Aaaaakh,,,!!! Sergahan hatiku, aku telah terjebak dalam rantauanku sendiri
Hingga kini, aku merasa semakin sulit saja tuk mengangkatkan kaki, padahal tak ada apa dan siapa, kecuali jiwa yang terasa telah besatu-padu dalam kerumunan kesibukan manusia
Aku ingin pulang..!!!!!
Yogyakarta, 15 Desember 2012, dalam igauanku..!!
Disqus Comments