Wednesday, 17 July 2013

OPINI: MERAJUT TOLERANSI DARI JOGJA

Beberapa waktu sebelum ketua MPR-RI, Taufiq Kiemas wafat, beliau sempat memberikan sebuah pesan untuk menjaga toleransi . Hal ini tentunya senafas dengan sikap beliau yang banyak kalangan mengakui memiliki sikap toleran dan bersahabat dengan siapapun, sekalipun dengan lawan politiknya. Mungkin, bagi beliau, sikap toleran merupakan alat yang paling ampuh untuk menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa ini, karena tanpa hal itu niscaya Indonesia telah bubar.
Yogyakarta adalah sebuah kota toleran.  Tidak sedikit kalangan yang mengakui akan hal ini, dan terbukti Yogyakarta menjadi sosok kota yang ramah terhadap siapapun. Potensi terjadinya konflik di kota yang dipimpin oleh seorang raja ini sangat minim, meski di dalamnya terdapat serta berkumpul orang-orang yang terdiri dari berbagai macam etnis dan suku yang berbeda-beda.
Berkumpulnya etnis dan suku yang berbeda-beda terjadi karena arus pendidikan yang membawa mereka. Maksudnya, titel Yogyakarta sebagai kota pelajar telah mampu menarik perhatian dari berbagai suku dan etnis di Indonesia untuk menimba ilmu pengetahuan di dalamnya, sehingga terjadilah akulturasi budaya yang tampak manis.
Akulturasi budaya yang berbuah manis di kota gudheg menjadi bukti bahwa persatuan dan kesatuan Indonesia bukan merupakan sebuah wacana kosong. Tetapi justru memperlihatkan bahwa masyarakat Indonesia pada umumnya sadar akan sejarah yang telah membentuk bangsa ini sebagai negara kesatuan meski dilingkupi oleh berbagai aneka ragam perbedaan. Dan perbedaan telah dijadikan semacam aset berharga untuk menciptakan Indonesia sebagai negara maju serta berperadaban.
Berbicara mengenai toleransi, Yogyakarta dapat dikatakan sebagai sebuah kota yang patut untuk dijadikan tolak ukur serta patut dicontoh oleh kota-kota lain, bahkan Yogyakarta dijuluki sebagai the city of tolerance.
Selain itu, kota yang masih menganut sistem penetapan ini dianggap sebagai kota yang masih kental dengan budaya lokalnya. Sehingga banyak kalangan menilai bahwa Yogyakarta merupakan kota budaya di mana kebudayaan lokal masyarakat masih terjaga serta tetap dilestarikan oleh masyarakat setempat. Simbol kebudayaan kota Yogyakarta juga dipertegas dengan masih kokohnya keraton yang berdiri tegap di jantung kota tua ini.
Citra Yogyakarta sebagai kota budaya merupakan sebuah aset penting yang harus tetap dilestarikan dan dijaga keutuhannya. Sebab, citra tersebut setidaknya telah mengundang decak kagum baik wisatawan lokal maupun wisatawan luar negeri untuk berbondong-bondong mendatangi Yogyakarta. Citra tersebut tentu akan terjaga sepanjang hayat jika sikap toleransi yang telah tumbuh subur dapat dipertahankan sebaik-baiknya serta menghindari terjadinya konflik. Sebab, konflik tidak hanya akan menghancurkan aspek fisik tetapi juga dapat meluluhlantakkan sendi-sendi kebudayaan.
Disqus Comments