Friday, 27 September 2013

Pendidikan Berwawasan Kemaritiman


Sejak penjajahan Belanda, bahkan hingga kini, semangat maritim yang pernah menggelora di bumi pertiwi ini mulai luntur. Padahal, di zaman-zaman kerajaan, laut dijadikan sebagai kekuatan besar untuk pertahanan, mereka memiliki armada yang kuat di laut, sehingga berhasil disegani oleh negara-negara asing. Bung Karno pernah berkata bahwa untuk membangun Indonesia menjadi negara besar, negara kuat, negara makmur, negara damai yang merupakan national building bagi negara Indonesia, maka negara dapat menjadi kuat jika dapat menguasai lautan, dan untuk menguasai lautan kita harus menguasai armada yang seimbang.
Namun, memori tentang kebesaran bangsa ini di laut seperti telah usang karena penjajahan kolonial Belanda telah berhasil mengubah semangat maritim menjadi pola hidup yang lebih banyak berorientasi ke darat alias agraris (land based oriented development). Secara psikologis, masyarakat Indonesia telah dirubah cara berpikirnya agar lebih mengutamakan pola hidup yang berorientasi ke daratan (agraris) ketimbang berorientasi ke lautan (maritime). Alhasil, masyarakat Indonesia kurang paham tentang berbagai potensi di laut serta minimnya pengetahuan tentang kelautan, baik dari aspek sejarah, batas teritorial, kekuatan armada laut kita, maupun aspek perekonomian yang terkandung di laut.
Coba tanyakan saja kepada masyarakat tentang kelautan Indonesia. Penulis yakin hanya sedikit dari kebanyakan masyarakat yang mengerti tentang kelautan Indonesia yang jelas-jelas terbentang luas seluas mata memandang itu. Padahal, Deklarasi Djuanda yang dikumandangkan pada 13 Desember 1957 silam menyatakan kepada dunia bahwa Indonesia menganut prinsip-prinsip negara kepulauan (archipelagic state) yang artinya memiliki kawasan laut yang sangat luas. Meski telah jelas dinyatakan bahwa Indonesia merupakan negara kepuluan yang terdiri dari laut yang serba luas, tetapi nyatanya hal tersebut tak banyak memberikan kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya kelautan.
Faktanya, jauh sejak awal peradaban terbentuk, bangsa ini jelas-jelas ingin mengatakan bahwa setidaknya laut digunakan untuk transportasi, kekuatan militer serta sumber perekonomian, sumber makanan dan lain sebagainya. Dengan kata lain, laut merupakan sektor yang sangat penting bagi suatu bangsa, terlebih Indonesia yang merupakan sebuah negara kepulauan.
Selain itu, minimnya kesadaran masyarakat Indonesia tentang kelautan malah justru dipelopori oleh pemerintah yang terkesan abai terhadap laut. Akibatnya, berbagai kasus yang marak terjadi di laut, seperti illegal fishing, jasa pelayaran dikuasai pihak asing, kemiskinan yang melanda masyarakat pesisiran, konflik sektoral pengelolaan laut, hingga soal batas laut (batas maritim) yang terus bergejolak, seakan mempertegas bahwa pemerintah terkesan acuh tak acuh terhadap kelautan Indonesia. Belum lagi soal perselisihan tentang praktek jual-beli pulau yang seutuhnya tidak dipahami oleh masyarakat serta berbagai pihak.
Terlepas dari itu, dahulu Indonesia memiliki sebuah lagu nasional yang sering dikumandangkan di sekolah-sekolah yang kini sudah tak lagi ada nadanya. Atau jangan-jangan para siswa sudah tidak pernah lagi mendengarkan, mendendangkan, alih-alih hafal dengan lagu yang berjudul “Nenek Moyangku (Seorang Pelaut)”.
Kesimpulan yang dapat diambil ialah bahwa pemerintah sepertinya sengaja untuk menghilangkan memori tentang kejayaan bangsa ini di laut kepada generasi-generasi kita. Berbagai berita di media massa yang telah menjadi konsumsi utama masyarakat lebih banyak memuat kabar-kabar yang jauh dari aspek pendidikan, alih-alih pendidikan tentang kelautan (maritime). Mungkinkah ada upaya untuk menutup mata bangsa ini terhadap kelautan supaya pihak-pihak berkepentingan bebas sesuka hati memanfaatkan potensi laut demi kepentingan pribadi dan kelompoknya masing-masing?
Minimnya upaya untuk memupuk kesadaran serta pengetahuan generasi bangsa ini tentang kelautan ditengarai sangat membahayakan karena sama halnya telah mengingkari kenyataan bahwa Indonesia adalah negara kepuluan. Minimnya pendidikan kelautan ini ternyata memang diakui oleh kementerian pendidikan bahwa pendidikan kelautan di Indonesia belum berkembang. Meskipun di tingkatan perguruan tinggi telah ada, namun hanya sebatas pada pengembangan akademik semata. Dengan demikian, maka harus diakui bahwa generasi bangsa ini belum dibekali pengetahuan tentang kelautan selama mengeyam pendidikan. Lantas, mau jadi apa bangsa ini jika generasinya justru tidak tahu tentang kedaulatan negaranya? Mungkin ada benarnya prediksi Benedict Anderson bahwa Indonesia suatu hari nanti akan terpecah-belah karena negara ini terdiri dari pulau-pulau yang terpisah serta potensi disintegrasi yang sangat besar. Wallahu a’lam.
Disqus Comments