Sejak penjajahan Belanda, bahkan hingga kini, semangat maritim yang pernah menggelora di bumi pertiwi ini mulai luntur. Padahal, di zaman-zaman kerajaan, laut dijadikan sebagai kekuatan besar untuk pertahanan, mereka memiliki armada yang kuat di laut, sehingga berhasil disegani oleh negara-negara asing. Bung Karno pernah berkata bahwa untuk membangun Indonesia menjadi negara besar, negara kuat, negara makmur, negara damai yang merupakan national building bagi negara Indonesia, maka negara dapat menjadi kuat jika dapat menguasai lautan, dan untuk menguasai lautan kita harus menguasai armada yang seimbang.
Namun,
memori tentang kebesaran bangsa ini di laut seperti telah usang karena
penjajahan kolonial Belanda telah berhasil mengubah semangat maritim menjadi
pola hidup yang lebih banyak berorientasi ke darat alias agraris (land based oriented development). Secara
psikologis, masyarakat Indonesia telah dirubah cara berpikirnya agar lebih
mengutamakan pola hidup yang berorientasi ke daratan (agraris) ketimbang
berorientasi ke lautan (maritime). Alhasil, masyarakat Indonesia kurang paham
tentang berbagai potensi di laut serta minimnya pengetahuan tentang kelautan,
baik dari aspek sejarah, batas teritorial, kekuatan armada laut kita, maupun
aspek perekonomian yang terkandung di laut.
Coba
tanyakan saja kepada masyarakat tentang kelautan Indonesia. Penulis yakin hanya
sedikit dari kebanyakan masyarakat yang mengerti tentang kelautan Indonesia yang
jelas-jelas terbentang luas seluas mata memandang itu. Padahal, Deklarasi
Djuanda yang dikumandangkan pada 13 Desember 1957 silam menyatakan kepada dunia
bahwa Indonesia menganut prinsip-prinsip negara kepulauan (archipelagic state) yang artinya memiliki kawasan laut yang sangat
luas. Meski telah jelas dinyatakan bahwa Indonesia merupakan negara kepuluan
yang terdiri dari laut yang serba luas, tetapi nyatanya hal tersebut tak banyak
memberikan kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya kelautan.
Faktanya,
jauh sejak awal peradaban terbentuk, bangsa ini jelas-jelas ingin mengatakan bahwa
setidaknya laut digunakan untuk transportasi, kekuatan militer serta sumber
perekonomian, sumber makanan dan lain sebagainya. Dengan kata lain, laut
merupakan sektor yang sangat penting bagi suatu bangsa, terlebih Indonesia yang
merupakan sebuah negara kepulauan.
Selain
itu, minimnya kesadaran masyarakat Indonesia tentang kelautan malah justru
dipelopori oleh pemerintah yang terkesan abai terhadap laut. Akibatnya,
berbagai kasus yang marak terjadi di laut, seperti illegal fishing, jasa pelayaran dikuasai pihak asing, kemiskinan
yang melanda masyarakat pesisiran, konflik sektoral pengelolaan laut, hingga
soal batas laut (batas maritim) yang terus bergejolak, seakan mempertegas bahwa
pemerintah terkesan acuh tak acuh terhadap kelautan Indonesia. Belum lagi soal
perselisihan tentang praktek jual-beli pulau yang seutuhnya tidak dipahami oleh
masyarakat serta berbagai pihak.
Terlepas
dari itu, dahulu Indonesia memiliki sebuah lagu nasional yang sering
dikumandangkan di sekolah-sekolah yang kini sudah tak lagi ada nadanya. Atau
jangan-jangan para siswa sudah tidak pernah lagi mendengarkan, mendendangkan,
alih-alih hafal dengan lagu yang berjudul “Nenek Moyangku (Seorang Pelaut)”.
Kesimpulan
yang dapat diambil ialah bahwa pemerintah sepertinya sengaja untuk
menghilangkan memori tentang kejayaan bangsa ini di laut kepada
generasi-generasi kita. Berbagai berita di media massa yang telah menjadi
konsumsi utama masyarakat lebih banyak memuat kabar-kabar yang jauh dari aspek
pendidikan, alih-alih pendidikan tentang kelautan (maritime). Mungkinkah ada
upaya untuk menutup mata bangsa ini terhadap kelautan supaya pihak-pihak
berkepentingan bebas sesuka hati memanfaatkan potensi laut demi kepentingan
pribadi dan kelompoknya masing-masing?
Minimnya
upaya untuk memupuk kesadaran serta pengetahuan generasi bangsa ini tentang
kelautan ditengarai sangat membahayakan karena sama halnya telah mengingkari
kenyataan bahwa Indonesia adalah negara kepuluan. Minimnya pendidikan kelautan
ini ternyata memang diakui oleh kementerian pendidikan bahwa pendidikan
kelautan di Indonesia belum berkembang. Meskipun di tingkatan perguruan tinggi
telah ada, namun hanya sebatas pada pengembangan akademik semata. Dengan
demikian, maka harus diakui bahwa generasi bangsa ini belum dibekali
pengetahuan tentang kelautan selama mengeyam pendidikan. Lantas, mau jadi apa
bangsa ini jika generasinya justru tidak tahu tentang kedaulatan negaranya?
Mungkin ada benarnya prediksi Benedict Anderson bahwa Indonesia suatu hari
nanti akan terpecah-belah karena negara ini terdiri dari pulau-pulau yang
terpisah serta potensi disintegrasi yang sangat besar. Wallahu a’lam.