Sejak awal menjabat sebagai presiden, Joko Widodo (Jokowi) tampak amat gencar melakukan berbagai kerjasama dengan Tiongkok. Kalau boleh bertanya, mengapa harus Tiongkok jadi sasaran utama kerjasama internasional pemerintahan Jokowi? Dan andai boleh curiga, mungkin Jokowi hendak menjadikan Indonesia sama seperti Singapura. Atau, ada semacam hidden agenda di balik gencarnya kerjasama itu. Entahlah. Yang jelas, salah satu partai pendukung pemerintahan Jokowi-JK bulan lalu dikabarkan tengah menjalin kerjasama dengan partai komunis China, yang sekaligus menawarkan diri sebagai mitra.
Bahkan sempat ditegaskan petingginya, partai politik tersebut ingin mengepakkan sayap partai komunis China di Indonesia. Alamak! Saya lalu membatin, mungkin ini adalah salah satu upaya nyata parpol tersebut menghapus stigma negatif masyarakat Indonesia tentang PKI (komunis) yang sudah lebih dari 35 tahun bersarang di benak dan kalbu masyarakat.
Memang, secara kemanusiaan PKI tidak bersalah dan tak pantas dipersalahkan. Hanya saja bilaa dilihat dari kacamata politik, jelas saja sikap PKI pada masa silam sulit untuk diterima. Menurut hemat saya, meluruskan stigma negatif masyarakat tentang komunis (baca: PKI) melalui partai politik sama halnya membuka luka lama.
Meski nyaris tampak di pelupuk mata gerakan komunis di Indonesia, namun hampir semua kalangan bungkam dan enggan berkomentar khawatir dibilang anti-komunis dan berlaku diskriminasi. Tentang sikap, tentu saya salut dengan almarhum pak Harto. Tegas dan jelas sikap beliau. Politisi dan para pemimpin sekarang? Tidak. Mereka hanya sibuk berkuasa dan menumpuk harta benda lewat kuasanya.