Jangan coba menganggu
lapaknya orang. Begitulah kiranya pesan sekaligus peringatan bagi mereka yang
berkoar-koar tentang keberadaan Freeport yang sudah menahun lamanya berdiri di
Indonesia. Tak hanya menahun, sistem dan lahan bisnis manjanjikan itu bahkan
memiliki pondasi yang amat kokoh.
Entah berapa puluh jenderal yang ngetem dan berdiri tegak di dalamnya,
mungkin tak terhitung. Jadi, memukul mundur freeport adalah mimpi yang sulit
diwujudkan, tetapi bukan tidak mungkin. Hanya satu cara membubarkan freeport,
revolusi.! Sungguh, hanya itu jalan satu-satunya. Petinggi-petinggi negara ini
lho mereka punya saham dan perusahaan yang berdiri tegak di sana. Logikanya
sederhana saja, siapa sih yang mau kalau saham dan usahanya runtuh dan lenyap.
Ah
bung, kamu ini ada-ada saja mau membubarkan freeport, yang benar saja kamu.! Jangan
bicara moralitas kalau sudah urusan bisnis berbisnis. Hukumnya hanya dua di
situ; untung dan rugi. Konsep tentang bagi hasil yang digembar-gemborkan dalam
wacana ekonomi dan bisnis itu habis di omongan belaka. Logika untung-rugi tidak memerlukan konsep
itu. Untung sudah menjadi tuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi.
Begitu pula
keberadaan freeport, untung beliung adalah tujuan utamanya. Mereka yang ngetem bertahun-tahun di sana tentu tak
mau diganggu gugat. Sebab kalau bangkrut, hilang lenyaplah sudah mata
pencahariannya. Bagi mereka, itu ancaman terbesar.
Coba kamu lihat, berapa
jumlah jenderal yang mengais keuntungan di sana. Sudah barang tentu tak
sedikit. Belum lagi politikus-politikus kita, juga tentunya banyak. Ente
optimis mampu membubarkan freeport lewat UU, padahal UU itu sendiri dibuat oleh
mereka dengan segala perhitungannya. Jadi, rumor tentang kekuasaan jenderal di
Freeport bukanlah isapan jempol belaka. Heheh, piss bung.! Bekerjalah untuk
duniamu seakan-akan kau hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu
seakan-akan besok kamu mati sudah.!