Saturday 7 May 2016

Politik Balas Dendam PKI

Siapa korban peristiwa 1965? Mayoritas orang-orang yang anti dan alergi dengan Orde Baru menjawab, PKI. Begitu pula anak cucu anggota PKI beserta eks Tahanan Politik (Tapol), juga memberikan jawaban serupa.

Pasca runtuhnya rezim Soeharto, sebagian besar rakyat Indonesia sepakat kalau Pak Harto adalah sosok diktator. Sejumlah kalangan beropini sampai berbusa-busa mulutnya menuding Orde Baru merupakan sejarah kelam bangsa Indonesia. Era reformasi sekilas telah membutakan mata kita dari sejarah masa silam. 

Ya, karena kita hidup sudah terlampau jauh dari peristiwa sejarah itu, termasuk peristiwa 1965 yang kini perlahan tapi pasti mulai dibongkar oleh pemerintahan Joko Widodo. Entah apa maksudnya, luka sejarah itu berdarah kembali. Orang-orang lantas ramai-ramai hendak memutarbalikkan fakta sejarah. Sementara sebagian orang lainnya mati-matian menjelaskan kepada publik bahwa sejarah itu telah dikaburkan oleh orang-orang yang masih menyimpan dendam kesumat di hati dan pikiran mereka.

Keyakinan mereka tetap satu, PKI adalah korban. Karena itu sudah menjadi keyakinan, maka pilihannya hanya satu; perjuangkan! Kalau perjuangan sudah dilandasi dengan keyakinan, rasionalitas kalah dengan emosi. Balas dendam, balas dendam dan balas dendam terus bergelora di hati dan pikiran tanpa memperhatikan akal sehat. Haruskah negara dan pemerintah meminta maaf kepada PKI? Mereka beteriak lantang, harus! Itu, kata mereka demi demokrasi, HAM dan keadilan. Keadilan semacam apa yang mereka maksud dan inginkan? Nyawa di balas nyawa. Tentu saja, mereka telah me-list nama-nama tokoh yang dinilai paling bertanggungjawab, terutama sisa-sisa Orde Baru yang masih berkeliaran di Bumi Pertiwi.

Coba, berikan waktu untuk rakyat Indonesia berpikir dan merenung sejenak tentang siapa korban peristiwa 1965 silam itu. Jangan jejali rakyat dengan data-data serta ucapan provokatif supaya rakyat bisa berpikir jernih. Semua harus jujur dan terbuka demi tersingkap kebenaran yang sesungguhnya tanpa dendam, tanpa emosi dan tanpa sikap sinis. BACA: Meski Minoritas, PKI Masih Tetap Eksis Sampai Sekarang
Disqus Comments