Sunday 3 December 2017

Benarkah Orang Hebat Lahir dari Kelas Menengah?

Kelas menengah disebut agen perubahan. Foto: NusantaraNews

Orang hebat pasti lahir dari kelas menengah! Kalimat ini membuat dada tersentak, pikiran tersengat dan emosi menguap. Belum sempat diri bertanya, kawan yang bicara sudah lebih dulu menjelaskan kalimat yang ia maksud. Ia tahu, diri penasaran penuh tanya terkait statemennya di awal.

Satu per satu dia menyebutkan sejumlah nama besar sekaligus latar belakang nama tersebut. Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Gus Dur, Megawati dan SBY adalah sederetan nama yang juga disebut. Lalu Jokowi? Entahlah! Yang jelas, tak mungkin dia menjadi presiden kalau bukan dari keluarga berada!

Nama-nama tokoh dunia juga disebutnya satu per satu. Che Guevara, Hitler, Mussolini, Osama bin Laden, dan masih banyak nama lainnya. Mereka adalah orang berada, setidaknya dari golongan kelas menengah, melakukan perubahan dan perjuangan hingga perlawanan dengan caranya sendiri-sendiri.

Kemudian, disebut pula nama-nama lain di dalam negeri seperti Chairil Anwar, Pramoedya Ananta Toer, Hamka, WS Rendra dan masih banyak lagi nama lainnya. Tak tanggung-tanggung, nama pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI), DN Aidit dan Untung pun disebutnya. Dua nama ini, bukan dari golongan masyarakat kelas bawah tetapi kelas menengah.

Lalu siapa tokoh kelas bawah yang ternama dan menjadi sosok pembaharu dan tercatat sebagai orang hebat? Sejauh ini, diri belum menemukannya! Baca: Kelas Menengah Disebut Agent of Change

Artinya, kelas menengah itu adalah agent of change, alias agen perubahan dan agen penggerak. Itu pun ada syaratnya. Iya, jika kesadaran sosial mereka tinggi dan mau peduli melihat realitas sosial dan ketidakadilan di dalam kehidupan. Yang agak brengsek adalah golongan kelas menengah tetapi selalu sudah merasa nyaman dengan kondisi hidupnya dan tak mau peduli dengan kondisi orang lain di bawahnya dan di atasnya. Padahal, sebagai kelas menengah dia punya semua prasyarat untuk melakukan suatu perubahahan, terutama modal sosial dan emosi. Sebab, orang kelas menengah terpandang dari sisi sosial dan punya jiwa ksatria.

Sebetulnya, jika dicermati, tak ada alasan bagi orang kelas menengah untuk tak melakukan perubahan jika dirinya memiliki segumpal kesadaran sosial. Meski dia sedang mengalami kejatuhan sekalipun, jiwa ksatrianya tak mungkin luntur, kecuali kalau dia tak mau selesai dengan dirinya sendiri.

Dengan kata lain, ada orang dari golongan kelas menengah sedang mendapat masalah. Dia putus asa, lalu tenggelam dalam keputusasaannya tanpa mau keluar dari kondisi tersebut untuk sekadar mencari ruang baru menemukan jati diri. "Aku ingin hidup 1000 tahun lagi," kata Chairil Anwar. Artinya, Chairil Anwar adalah sosok paling menyadari bahwa dia harus melakukan suatu perubahan ke arah kebaikan di masa mendatang sebagai tanggungjawab sosial dan moralnya yang kerap menyaksikan ketidakadilan terjadi di berbagai lini kehidupan.

Jiwa ksatria orang kelas menengah adalah modal paling penting untuk melakukan suatu perubahan! Sudah, sampai di sini dulu saja diskusinya, lain waktu lanjut lagi!
Disqus Comments